Ngomong-ngomong soal cinta, akhir-akhir ini Ifah lagi gandrung banget cari kisah-kisah romantis pada zaman-zaman mitologi kuno dulu. Nah, buat teman-teman yang udah bosen baca-baca novel yang ceritanya sinatron beudd, Ifah kasih penyegaran deh dengan salah satu kisah romantis Mitologi Yunani. Oke, nggak usah lama-lama, chek this out..!!
Orfeus memainkan lagu untuk Euridike. |
Orfeus adalah musisi manusia terhebat dalam mitos Yunani. Ia
adalah putra Musai Kalliope, sedangkan ayahnya entah adalah dewa Apollo ata
Oiagros, raja Thrakia.
Meskipun Orfeus bisa saja merupakan putra raja Thrakia, tapi
Apollo, yang merupakan musisi dewa terhebat, mengajarkan Orfeus memainkan lira.
Seperti Apollo, alat musik kesukaan Orfeus juga adalah lira. Sementara Kalliope
dan saudari-saudarinya mengajarkan Orfeus bernyanyi. Nyanyian dan musiknya
sangat mempesona sampai-sampai bisa membuat binatang buas menjadi jinak, dan
membuat bebatuan serta pohon-pohon bergerak.
Orfeus merupakan salah seorang Argonaut yang menemani
Iason dalam pencarian Bulu Domba Emas. Musiknya
membantu menenangkan rekan-rekannya yang sedang cemas dalam perjalanan panjang
mereka. Peran penting Orfeus dalam perjalanan itu adalah ketika ia
menyelamatkan rekan-rekannya dari nyanyian para Siren. Musik Orfeus yang
sangat indah berhasil mengalahkan naynyian para Siren sehingga kapal Argo dapat
lewat dengan selamat.
Orfeus pernah berkelana ke Mesir. Di sana dia banyak belajar
tentang para dewa dan ritus-ritus inisiasi mereka. Sepulangnya dari Mesir,
Orfeus membawa serta banyak pengetahua mengenai upacara mistis, serta ritus
orgi.
Orefus memiliki kekasih seorang nimfa bernama Euridike. Menurut
Ovidius, Euridike adalah seorang naiad (nimfa air), sedangkan menurut
Vergilius, Euridike adalah driad (nimfa pohon). Mereka saling mencintai dan
berniat menikah. Tetapi pada hari pernikahan mereka terjadi suatu tragedi.
Seorang satir (setengah manusia setengah kambing) melihat Euridike dan bernafsu
padanya. Satir itu mengejar Eurdike untuk memperkosanya dan Euridike pun
berlari. Ketika sedang berlari, Euridike menginjak seekor ular berbisa. Ular
tersebut menggigitnya dan Euridike pun meninggal. Dalam versi lainnya, yang
mengejar Euridike adalah Aristaios, dewa pertanian minor.
Orfeus sangat berduka atas kematian istrinya. Dia lalu memainkan
lagu yang sangat sedih sampai-sampai semua nimfa dan dewa terharu. Orfeus pun
disarankan untuk pergi ke dunia bawah dan membawa kembali istrinya.
Sambil memainkan liranya, Orfeus berjalan ke dunia bawah, dunia
orang-orang mati.
Di sana, musik Orfeus mampu membuat para arwah diam dan
mendengarkan. Bahkan orang-orang yang sedang mengalami siksaan abadi (seperti
Sisifos dan Tantalos) sejenak melupakan penderitaan mereka begitu mendengar
musik Orfeus. Dengan musiknya, Orfeus tidak perlu membayar Kharon untuk
menyeberangkannya melewati sungai Stix. Kerberos juga membiarkan begitu saja
Orfeus melewati gerbang dunia bawah.
Hades, bersama istrinya Persefone, mendengarkan alunan musik
Orfeus dan sangat terpesona. Atas permainan musiknya yang sangat indah, Hades
memberi Orfeus satu permintaan.
Add caption |
Orfeus meminta supaya dia bisa membawa kmebali
Euridike ke dunia atas. Hades mengabulkannaya dengan satu syarat: Orfeus harus
berjalan di depan Euridike dan tidak boleh menengok ke belakang sebelum mereka
berdua sampai di dunia atas. Orfeus dan Euridike kemudian berjalan pergi ke
dunia atas.
Orfeus sangat gembira namun dia juga khawatir apakah Euridike
masih ada di belakangnya. Begitu Orfeus tiba di permukaan bumi, dia langsung
menoleh untuk melihat Euridike tetapi ternyata Euridike masih berada di pintu
masuk dunia bawah dan belum mencapai dunia atas. Sesuai kesepakatan, Euridike
pun menghilang kembali ke dunia bawah, kali ini untuk selamanya. Lagi-lagi
Orfeus harus berduka.
Orfeus tak dapat memasuki Dunia Bawah untuk kedua kalinya selama
ia masih hidup. Ia tak punya pilihan selain kembali pulang. Menurut
Apollodoros, pada masa itulah Orfeus mendirikan misteri Dionisos, yang jelas
merujuk kepada Misteri Orfik.
Di Thrakia, Orfeus duduk di sebuah batu di padang rumput,
memainkan lagu duka cita atas hilangnya istrinya. Para Mainad, perempuan
pengikut dewa anggur Dionisos, meminta sang musisi memainkan musik yang
menyenangkan, namun Orfeus malah terus membawakan musik sendu. Akibatnya para
Mainad marah dan menyerang Orfeus. Dalam versi lainnya, para Mainad membunuh
Orfeus karena mereka berusaha merayunya tetapi Orfeus menolak mereka sebab dia
hanya setia pada Euridike. Sementara dalam mitos Adonis, tindakan para Mainad
disebabkan oleh dewi Afrodit, karena sang dewi marah akibat keputusan yang
diambil oleh Kalliope, ibu Orfeus, terkait perselisihan antara dia dan
Persefone.
Para Mainad melempari Orfeus dengan batu dan kayu. Tetapi musik
Orfeus membuat batu dan kayu itu menolak melukai Orfeus. Para perempuan itu
semakin marah dan akhirnya mengoyak-ngoyak tubuh Orfeus dengan tangan kosong.
Mereka melempar kepala dan lira Orfeus ke sungai Hebros. Sambil terbawa aliran
sungai, Kepala dan lira Orfeus terus melantunkan lagu dan musik sedih.
Para Musai (dewi seni) amat berduka atas kematian Orfeus. Mereka
kemudian mengumpulkan semua potongan tubuh Orfeus dan menguburnya di Libethra,
atau di Piera, Makedonia, sementara Zeus menempatkan Orfeus di angkasa sebagai
konstelasi Engonasin ("Yang Berlutut"), yang melambangkan Orfeus yang
tengah berlutut akibat diserang para Mainad. Kini rasi bintang tersebut dikenal
sebagai konstelasi Hercules. Sementara itu lira Orfeus juga ditempatkan di
angkasa sebagai rasi bintang lyra. Dalam versi lainnya, setelah jasad Orfeus
dikuburkan oleh para Musai, arwah Orfeus pergi ke dunia bawah. Di sana, Orfeus
bertemu lagi dengan Euridike. Kali ini tak ada yang bisa memisahkan mereka.
No comments:
Post a Comment