Assalamualaikum.. welcome to my blog, guys..!! ^_^

Adsense

Saturday, June 22, 2013

Spesial Ultah Jakarta ke 486: Sejarah Ondel-Ondel

Sumber: Ifah ambil dari Google, ya :)
Jakarta, kalau dengar nama kota itu Ifah langsung kepikir yang namanya macet dan banjir. Ih.. beneran, deh, sampai-sampai ada anekdot yang Ifah buat tiap kali Ifah kena macet, "wadohhh, Jakarta pindah Tuban, ya (Tuban adalah kota tinggal Ifah, jelasnya klik ini >> Sejarah Kab. Tuban )" Tapi, berhubung kali ini Jakarta lagi ulang tahun, Ifah akan membahas tentang salah satu ikon terkenal dari Jakarta. Yups, Ondel-ondel. Aneh juga Ifah milih topik ini buat tulisan, soalnya dulu waktu kecil ondel-ondel adalah monster menakutkan bagi Ifah. Heheh.. pasalnya Ifah pernah nangis tiap kali ketemu ondel-ondel di karnaval kota. Nggak akan panjang lebar, deh. Tapi sebelumnya, karena Ifah nggak orang Jakarta apalagi nggak ada keturunan darah Betawinya, Ifah jujur dulu kalau sebenarnya Ifah sendiri nggak tahu sejarah sebenarnya. Dan artikel ini sendiri Ifah ambil dari wikipedia. Nah, untuk lebih lanjutnya, teman-teman semua bisa cari lebih banyak di berbagai sumber. Untuk yang satu ini, sedikit banyak Ifah bisa membantu. Selamat membaca..!!


Ondel-ondel adalah bentuk pertunjukan rakyat Betawi yang sering ditampilkan dalam pesta-pesta rakyat. Nampaknya ondel-ondel memerankan leluhur atau nenek moyang yang senantiasa menjaga anak cucunya atau penduduk suatu desa.
Ondel-ondel yang berupa boneka besar itu tingginya sekitar 2,5 meter dengan garis tengah ± 80 cm, dibuat dari anyaman bambu yang disiapkan begitu rupa sehingga mudah dipikul dari dalamnya. Bagian wajah berupa topeng atau kedok, dengan rambut kepala dibuat dari ijuk. Wajah ondel-ondel laki-laki biasanya dicat dengan warna merah, sedangkan yang perempuan warna putih. Bentuk pertunjukan ini banyak persamaannya dengan yang ada di beberapa daerah lain.
Di Pasundan dikenal dengan sebutan Badawang, di Jawa Tengah disebut Barongan Buncis, sedangkan di Bali lebih dikenal dengan nama Barong Landung. Menurut perkiraan jenis pertunjukan itu sudah ada sejak sebelum tersebarnya agama Islam di Pulau Jawa.
Semula ondel-ondel berfungsi sebagai penolak bala atau gangguan roh halus yang gentayangan. Dewasa ini ondel-ondel biasanya digunakan untuk menambah semarak pesta- pesta rakyat atau untuk penyambutan tamu terhormat, misalnya pada peresmian gedung yang baru selesai dibangun. Betapapun derasnya arus modernisasi, ondel-ondel masih bertahan dan menjadi penghias wajah kota metropolitan Jakarta.

Untuk musik pengiringya sendiri tidak tentu, tergantung dari masing-masing rombongan. Ada yang diiringi tanjidor, seperti rombongan ondel-ondel pimpinan Gejen, Kampung Setu. Ada yang diiringi dengan pencak Betawi seperti rombongan “Beringin Sakti” pimpinan Duloh, sekarang pimpinan Yasin, dari Rawasari. Adapula yang diirig Bende, “Kemes”, Ningnong dan Rebana ketimpring, seperti rombongan ondel-ondel pimpinan Lamoh, Kalideres. 

Akhirnya, ehem..ehem.. Ifah mau pantun dulu (kayak orang Betawi gitu, hehe XP..) 
Waktu susah naik kereta 
Impian hilang sayu dipendam
Walaupun Ifah bukan orang Jakarta
Ifah ucapin Dirgahayu Jakarta ke 486 
(maklum nggak jago pantun)

No comments:

Post a Comment