Tempat judging yang mengerikan |
Kalu diflashback, sebenarnya Ifah nggak srek banget ikut ini. Ada beberapa faktor yang buat Ifah enggan ikut kompetisi besar sekelas provinsi. Yang pertama, Ifah nggak pernah ikut lomba dengan syarat utama ngomong ala presentasi di depan khalayak ramai. Asli, Ifah nggak jago ngomong. Yang kedua, bapak dan ibu seperti nggak ada respon saat Ifah bilang mau ikut lomba. Seperti nggak boleh. otomatis Ifah jadi down dan nggak ada semangat buat lanjut. Dan yang terakhir, Ifah takut mengecewakan semuanya.
Pasti muncul pertanyaan, kalau memang masalahnya seberat itu, kenapa kamu bisa ikut, Ifah? Oke, first of all lomba ini adalah milik Firda, sahabat dekat Ifah. Firda menang lomba artikel se-kabupaten jauh hari sebelum Ifah ikut lomba yang ini. Usut punya usut, pihak dinas kearsipan dan perpustakaan kota memilih Firda yang notabene sebagai pemenang untuk maju tingkat Bakorwil mewakili kota Tuban. Salah satu syaratnya dia harus ajak 2 temannya untuk ikut dalam satu Tim. Ifah pernah tanya, "kenapa nggak juara 2 dan 3 yang ikut?" dan ternyata alasannya, lomba ini butuh latihan bersama. Sedangakan masing-masing pemenang berbeda sekolah. Akan sulit untuk latihan dan pengumpulan materi. Alhasil, diajaklah Ifah dan salah satu teman lagi yang sudah sering ikut lomba dengan Firda, Lulu namanya.
Kami datang mewakili kab. Tuban untuk Bakorwil Bojonegoro. Ketika sebelum berangat, kami latihan dulu. Sistem perlombaan yang samar-samar makin buat kami kalang kabut menyiasati. Yang paling utama adalah kami harus meresensi salah satu dari kedelapan tokoh besar yang diberikan juri. Ada Bung Karno, Bung Hatta, Ki Hajar Dewantara, RA Kartini, Jendr. Sudirman, Bung Tomo, Gus Dur, dan HOS Cokroaminoto.
Awal pemilihan kami sepakat pakai HOS Cokroaminito. Alasannya sekolah Ifah ada di jalan HOS Cokroaminoto (alasan absurd) kemudian tokoh ini jarang di bahas oleh orang. Dan ternyata, bu Atik, pembina kami tidak dapat buku biografinya. Yang dapat hanya Ki Hajar Dewatara. Setelah sepakat, kami bagi tugas dan buat resume. Saat latihan Ifah bener-bener takut, takut nggak bisa ngomong. PowerPoint yang dibuat coba kami presentasikan dengan lisan. Firda dan Lulu fasih sekali berbicara, ceoat dan terdengar cerdas. Lalu Ifah? Ifah hanya diam, nggak ngomong sama sekali.
Firda, Lulu dan Ifah berangkat ke Bojonegoro pagi jam setengah enam. Kami berangkat dengan bu Atik selaku pembina, kemudian bu Yayuk yang ternyata sahabat dekat mbah Nik dan juga ibu Ifah, pak Nizan, dan pak Budi. Beliau-beliau itu adalah petugas dari kantor Kearsipan, Perputakaan dan dokumentasi kota. Kami mulai berangat. Bismillahirohmannirrohim..!! Doa mengiringi kami menuju lokasi perlombaan.
Bersambung...
No comments:
Post a Comment