Lima koma tiga cm jarak tangan kiri Lara dan tangan kanan Adrian saat ini, udara yang jadi penengah. Langit tidak mendung, suasana mendukung.
“Ra,
ka-kamu lihat bintang itu nggak?” tanya Adrian dengan suara goyang patah-patah.
“Ya..
yang ma-mana, Dri? bintang, kan, banyak,”
Demi
abang becak yang kencing sembarangan, Lara nggak mau tahu bagaimana wajahnya
sekarang. Sebagai reporter, Lara sudah sering ngobrol bareng dengan
pejabat negara sekalipun. Sebuah
seminar untuk mengasah keberanian di muka
publik saja sempat menobatkan Lara sebagai peserta muka badak. Alias nggak
punya malu. Namun, semuanya sia-sia sejak Adrian.. mulai duduk di sisinya.
“Yang
itu.. yang ada tepat di atas kita. Bintang paling terang yang sekarang.. jadi
saksi kita duduk pertama kalinya di taman ini..,” Adrian yang sedari tadi menengadah
memalingkan pandangannya dan menatap Lara dalam-dalam, “bersama,”
DEG.
Sepeti ada bakso bulat jalan-jalan di tenggorokan Lara.
“Em.
Dri, aku nggak nyangka kita akhirnya bisa bersama,”
“Iya,
terima kasih, ya, kamu sudah terima saat aku tembak tadi siang,” sungguh Adrian
pria yang lugu.
“Hm,
ya. Tapi sekali-kali jangan pas liputan demo, ya. Bukannya jadian, kitanya
malah masuk UGD bareng,” badannya bergetar menahan tawa.
“Yang
penting. Kita sekarang, sudah bersama,” lima koma tiga cm sekarang jadi satu
cm.[]
Cerita
tersingkat dan tercepat yang pernah Ifah buat. Happy reading..!! ^^
No comments:
Post a Comment