Assalamualaikum.. welcome to my blog, guys..!! ^_^

Adsense

Thursday, July 11, 2013

Resensi Novel 12 Menit: Dreaming is Believing. Vincero!

Tiap kali Ifah denger kata Marching Band, yang muncul di kepala Ifah adalah.. ratusan orang pakai kostum sama, bling-bling, ada antena bulu di topinya, musik yang semarak dengan aransement kece abis tur harmonis. Gubrak gubrukk gubrak gubrukkk..
 Ifah nggak pernah kebayang, ada novel atau film Indonesia yang mau mengangkat tema tentang sebuah perjuangan dari grup marching band. Tapi eh tapi.. jeng jeng…Buat yang “sama-sama nggak pernah kebayang” kayak Ifah, ini, nih.. ada satu novel yang bakal buat kalian jadi “benar-benar kebayang” bahwa novel kayak gitu benar-benar ada, #Wow.. Sebelumnya ini dia deskripsi novelnya: 

Novel 12 Menit punya Ifah
Judul   : 12 Menit
Penulis : Oka Aurora
Penerbit : Noura Books – Jakarta
Cetakan : I, Mei 2013
Jumlah halaman : xiv + 348 halaman
P x L : 14 x 21 cm
Kategori : Fiksi Indonesia  
ISBN : 978-602-7816-33-6
Harga : Rp 54.000,- (tapi Ifah beli di Togamas dapat diskon 10% jadi tinggal bayar Rp 48.600,-) 

Novel dengan cover seperti rak kayu warna biru tampak mencolok khas marching band dengan adanya topi ber-antena-bulu warna biru serta terompet dan sepasang stik drum nangkring di sekat-sekatnya, membuat orang yang lewat pasti bertanya-tanya, novel marching band, ya? jawabannya, Yups.. betul bangett..!! Di balik cover dan back covernya juga teman-teman semua akan disajikan foto-foto adegan filmnya yang makin bikin penasaran, loh. Ihhh.. :)



Sebagai anak madrasah, Ifah merinding saat menemui kalimat penyambutan dari ayat Al Quran di lembar ke 3.
Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan sebuah bangsa sampai mereka mengubah keadaan mereka sendiri. (QS Al-Ra’ad ayat 11) Ifah merasa ada penekanan pesan semangat dari ayat tersebut, dengan adanya cetakan miring pada kalimat mereka mengubah keadaan mereka sendiri (walau nyatanya pada kata “mereka” pertama yang tercetak miring hanya mulai “ka”, kata “mere” tak ikut miring. Nggak percaya? lihat sendiri) 
Di balik cover kecenya :)

Lembar selanjutnya, “tabokan” penyemangat lagi. Kali ini pesan dari tante Oka Aurora sendiri, sang empunya tulisan. Perjuangan terberat dalam hidup manusia adalah perjuangan mengalahkan diri sendiri. Buku ini adalah bagi semua yang memenangkannya. Buku ini baru-baru saja sudah buat orang terpacu semangatnya. Bagaimana ceritanya nanti? Dan ternyata. Benar, saudara-saudara..!! 

Kisahnya sendiri tentang aneka konflik dari grup Marching Band Bontang Pupuk Kaltim untuk meraih juara umum di GPMB (Grand Prix Marching Band). Sebuah grup marching band kebanggaan warga dari daerah kecil di Kalimantan Timur. Ribuan jam semangat latihan mereka akan dipertaruhkan hanya 12 menit saat perlombaan tiba. Tokoh-tokohnya lumayan banyak. Tapi ada beberapa nama sentral yang menjadi pusat berjalannya cerita ini. 

Yang pertama ada Elaine. Ifah nggak tahu bagaimana cara pengucapannya. Dibaca ala bule atau medok Indonesia, Ifah nggak tahu persis. Pokoknya tulisannya Elaine.. Nama lengkapnya Sarah Elaine Higoshi. Dari deskripsinya, tampak Elaine ini cantik banget (di teaser filmnya yang jadi Elaine juga cantik, hehe..). Manis sekali profil anak ini. Bola matanya tampak padat di bingkai matanya yang sempit. Hidungnya yang mungil dan tak bertulang tinggi, cenderung berbalapan dengan bagian atas bibirnya yang lebih panjang dari bibir bawahnya…(hlm. 163-164.) Selain itu Elaine juga pintar, loh. Standart nilai tinggi selalu dipatok ayahnya yang keturunan Jepang, Josuke Higoshi, membuat Elaine tumbuh menjadi anak yang pandai. Soal musik, Elaine punya sense of music yang tinggi. Ia adalah seorang violin dan aktif di grup marching band semasa bersekolah di sebuah internasional school di Jakarta. 

Satu persatu konflik datang ketika ayahnya dipindahkerjakan ke Bontang, alhasil keluarganya harus ikut. Istri dan tentu saja, Elaine. Di sana Elaine baru bergabung di marching band BPKT dan langsung masuk ke tim inti walaupun ia ditempatkan tidak sesuai dengan keinginannya. Masalah besar Elaine sendiri muncul ketika ia harus dihadapkan dengan kenyataan berat. Ia terpilih sebagai peserta olimpiade fisika dan di sisi lain, posisi yang ia idam-idamkan di marching band sudah ia dapat, sebagai field commander, dan GPMB sudah ada di depan mata. Berbagai tekanan ia terima dari sang ayah yang sangat menentangnya ikut marching band. Karena baginya itu semua sia-sia. 

Selanjutnya ada Tara. Gadis berjilbab asal Bontang ini sungguh malang nasibnya. Tara sangat jago main snare drum. Tapi tahukah kalian? Tara memiliki keterbatasan dipendengarannya. Sebuah kecelakaan masa lalu sudah merubah hidupnya. Tulang-tulangnya hampir hancur, tapi itu bisa sembuh dibandingkan dengan pendengarannya yang hilang dan hanya tersisa 10-20% saja. Ia merasa dibuang oleh sang ibu semenjak ayahnya meninggal akibat tragedi yang sama. Untung ada Oma dan Opanya yang selalu sayang menjaganya.
Tara anak yang memiliki semangat besar. Ia masuk sebagai tim inti di MBBPKT setelah jatuh bangun sebagai cadet band hampir satu tahun. Bukan perkara gampang. Ia berbeda dengan teman-teman yang lain, namun alasan itu tak berlaku dengan perlakuan yang ia terima di tim inti. Bertahan dengan rasa sakit hati yang dalam, Tara berjuang mempertahankan egonya yang begitu keras. 

Ketiga ada Lahang. Lahang adalah tim inti dari bagian color guards. Ia sangat jago menari. Semangnya begitu besar. Demi ayahnya yang sakit-sakitan, ia rela melakukan apapun. Jarak rumahnya ke stadion tempatnya latihan begitu jauh, namun ia tetap semangat demi cita-citanya pergi ke Jakarta dan tentunya memenangkan GPMB. Pelan-pelan kesehatan ayahnya terus menurun. Ia tidak mau pergi jauh-jauh dari sisi ayahnya. Sekolahnya terbengkalai, untuk latihan menuju GPMB pun ia sulit berkonsentrasi. Ia berjanji akan ada selalu di samping ayahnya sampai saatnya tiba, namun beberapa hal lebih besar daripada janji. “kesempatan besar terbang lebih cepat daripada angin” itu kata ayahnya. Langkahnya yang sempat ragu-ragu, perlahan berubah demi satu tekat. Pulang sebagai juara. 

Ada murid pasti ada pelatih, dong. Namanya Rene. Wanita jebolan Amerika itu rela pergi ke Bontang dan melatih anak-anak MBBPKT untuk memiliki semangat menjadi juara. Rene sosok yang keras dan disiplin. Perjalanan karirnya yang penuh perjuangan membuat cara megajarnya jadi terbilang keras di mata para murid-murid didikannya. Namun ia masih memiliki sisi lembut yang bisa merubah segalanya. Ia berani menentang sekiranya ia benar dan iapun berani minta maaf kalau ia bersalah. Ia memiliki tekat kuat, darimananpun asalnya, semua bisa jadi juara

Nahhh, dari segi cerita, keren nggak, tuh? keren, dong. Ditambah lagi Ifah seneng banget mulai awal sampe akhir kayaknya nggak nemu typo yang nonggol nggak enak-enakin gitu, paling empet Ifah kalo nemu yang kayak beginian. Tapi.. ada, deng satu, tapi nggak begitu penting. Ada di lembar terakhir bab 46 tepatnya di halaman 298. Biasanya setiap akhir bab pasti ada tanda “[]”, tapi di bab 46 nggak ada, saudara-saudara. Bisa dicek. Tapi nggak apa-apa, keseluruhan Ifah angkat topi buat tante Oka dan tim Noura Books semua. Yeeee… :D

Finnaly, Ifah nggak percaya kalo orang selepas membaca novel ini tidak dapat pelajaran apa-apa. Semangat, mengalahkan rasa takut, pede akan dari mana kamu berasal, jadi diri sendiri dan semua tekat untuk meraih mimpi disajikan gambling di novel ini. Dan pastinya fimnya juga yang rencananya rilis 29 Agustus 2013 (satu hari setelah ultah Ifah, nih). Seperti kata ayahnya Lahang, Kau masih hidup, maka hiduplah, jangan seperti orang mati. Dan juga, seperti kata Opa-nya Tara, kadang-kadang, hidup itu, ya, kayak gitu, Dek. Kayak dorong mobil di tajakan. Susah. Berat. Capek. Tapi, kalau terus didorong, dan terus didoain, insya Allah akan sampai. Nah, jangan takut untuk berusaha dan berimpi. Seperti dalam novel ini, dreaming is believing…!! 

VINCEROOOOOO!!!!

No comments:

Post a Comment