Tiap
kali Ifah denger kata Marching Band,
yang muncul di kepala Ifah adalah.. ratusan orang pakai kostum sama, bling-bling, ada antena bulu di topinya,
musik yang semarak dengan aransement kece abis tur harmonis. Gubrak gubrukk
gubrak gubrukkk..
Ifah nggak pernah kebayang, ada novel atau film Indonesia yang mau mengangkat tema tentang sebuah perjuangan dari grup marching band. Tapi eh tapi.. jeng jeng…Buat yang “sama-sama nggak pernah kebayang” kayak Ifah, ini, nih.. ada satu novel yang bakal buat kalian jadi “benar-benar kebayang” bahwa novel kayak gitu benar-benar ada, #Wow.. Sebelumnya ini dia deskripsi novelnya:
Ifah nggak pernah kebayang, ada novel atau film Indonesia yang mau mengangkat tema tentang sebuah perjuangan dari grup marching band. Tapi eh tapi.. jeng jeng…Buat yang “sama-sama nggak pernah kebayang” kayak Ifah, ini, nih.. ada satu novel yang bakal buat kalian jadi “benar-benar kebayang” bahwa novel kayak gitu benar-benar ada, #Wow.. Sebelumnya ini dia deskripsi novelnya:
Novel 12 Menit punya Ifah |
Judul
: 12 Menit
Penulis
: Oka Aurora
Penerbit
: Noura Books – Jakarta
Cetakan
: I, Mei 2013
Jumlah
halaman : xiv + 348 halaman
P
x L : 14 x 21 cm
Kategori
: Fiksi Indonesia
ISBN
: 978-602-7816-33-6
Harga
: Rp 54.000,- (tapi Ifah beli di Togamas dapat diskon 10% jadi tinggal bayar Rp
48.600,-)
Novel
dengan cover seperti rak kayu warna biru tampak mencolok khas marching band
dengan adanya topi ber-antena-bulu warna biru serta terompet dan sepasang stik
drum nangkring di sekat-sekatnya,
membuat orang yang lewat pasti bertanya-tanya, novel marching band, ya?
jawabannya, Yups.. betul bangett..!! Di balik cover dan back covernya juga
teman-teman semua akan disajikan foto-foto adegan filmnya yang makin bikin
penasaran, loh. Ihhh.. :)
Sebagai
anak madrasah, Ifah merinding saat
menemui kalimat penyambutan dari ayat Al Quran di lembar ke 3.
Sesungguhnya Allah tidak akan
mengubah keadaan sebuah bangsa sampai mereka
mengubah keadaan mereka sendiri. (QS
Al-Ra’ad ayat 11) Ifah merasa ada penekanan pesan
semangat dari ayat tersebut, dengan adanya cetakan miring pada kalimat mereka mengubah keadaan mereka sendiri
(walau nyatanya pada kata “mereka”
pertama yang tercetak miring hanya mulai “ka”,
kata “mere” tak ikut miring. Nggak
percaya? lihat sendiri)
Di balik cover kecenya :) |
Lembar
selanjutnya, “tabokan” penyemangat
lagi. Kali ini pesan dari tante Oka
Aurora sendiri, sang empunya tulisan. Perjuangan terberat dalam hidup manusia
adalah perjuangan mengalahkan diri sendiri. Buku ini adalah bagi semua yang
memenangkannya. Buku ini baru-baru saja sudah buat orang terpacu
semangatnya. Bagaimana ceritanya nanti? Dan ternyata. Benar, saudara-saudara..!!
Kisahnya
sendiri tentang aneka konflik dari grup Marching Band Bontang Pupuk Kaltim
untuk meraih juara umum di GPMB (Grand Prix Marching Band). Sebuah grup
marching band kebanggaan warga dari daerah kecil di Kalimantan Timur. Ribuan
jam semangat latihan mereka akan dipertaruhkan hanya 12 menit saat perlombaan
tiba. Tokoh-tokohnya lumayan banyak. Tapi ada beberapa nama sentral yang
menjadi pusat berjalannya cerita ini.
Yang
pertama ada Elaine. Ifah nggak tahu bagaimana cara pengucapannya. Dibaca ala
bule atau medok Indonesia, Ifah nggak tahu persis. Pokoknya tulisannya Elaine..
Nama lengkapnya Sarah Elaine Higoshi. Dari deskripsinya, tampak Elaine ini
cantik banget (di teaser filmnya yang jadi Elaine juga cantik, hehe..). Manis
sekali profil anak ini. Bola matanya tampak padat di bingkai matanya yang
sempit. Hidungnya yang mungil dan tak bertulang tinggi, cenderung berbalapan
dengan bagian atas bibirnya yang lebih panjang dari bibir bawahnya…(hlm.
163-164.) Selain itu Elaine juga pintar, loh. Standart nilai tinggi
selalu dipatok ayahnya yang keturunan Jepang, Josuke Higoshi, membuat Elaine tumbuh
menjadi anak yang pandai. Soal musik, Elaine punya sense of music yang tinggi. Ia adalah seorang violin dan aktif di
grup marching band semasa bersekolah
di sebuah internasional school di Jakarta.
Satu
persatu konflik datang ketika ayahnya dipindahkerjakan ke Bontang, alhasil
keluarganya harus ikut. Istri dan tentu saja, Elaine. Di sana Elaine baru
bergabung di marching band BPKT dan
langsung masuk ke tim inti walaupun ia ditempatkan tidak sesuai dengan
keinginannya. Masalah besar Elaine sendiri muncul ketika ia harus dihadapkan dengan
kenyataan berat. Ia terpilih sebagai peserta olimpiade fisika dan di sisi lain,
posisi yang ia idam-idamkan di marching
band sudah ia dapat, sebagai field
commander, dan GPMB sudah ada di depan mata. Berbagai tekanan ia terima
dari sang ayah yang sangat menentangnya ikut marching band. Karena baginya itu semua sia-sia.
Selanjutnya
ada Tara. Gadis berjilbab asal Bontang ini sungguh malang nasibnya. Tara sangat
jago main snare drum. Tapi tahukah
kalian? Tara memiliki keterbatasan dipendengarannya. Sebuah kecelakaan masa
lalu sudah merubah hidupnya. Tulang-tulangnya hampir hancur, tapi itu bisa
sembuh dibandingkan dengan pendengarannya yang hilang dan hanya tersisa 10-20%
saja. Ia merasa dibuang oleh sang ibu semenjak ayahnya meninggal akibat tragedi
yang sama. Untung ada Oma dan Opanya yang selalu sayang menjaganya.
Tara
anak yang memiliki semangat besar. Ia masuk sebagai tim inti di MBBPKT setelah
jatuh bangun sebagai cadet band
hampir satu tahun. Bukan perkara gampang. Ia berbeda dengan teman-teman yang
lain, namun alasan itu tak berlaku dengan perlakuan yang ia terima di tim inti.
Bertahan dengan rasa sakit hati yang dalam, Tara berjuang mempertahankan egonya
yang begitu keras.
Ketiga
ada Lahang. Lahang adalah tim inti dari bagian color guards. Ia sangat jago menari. Semangnya begitu besar. Demi
ayahnya yang sakit-sakitan, ia rela melakukan apapun. Jarak rumahnya ke stadion
tempatnya latihan begitu jauh, namun ia tetap semangat demi cita-citanya pergi
ke Jakarta dan tentunya memenangkan GPMB. Pelan-pelan kesehatan ayahnya terus
menurun. Ia tidak mau pergi jauh-jauh dari sisi ayahnya. Sekolahnya
terbengkalai, untuk latihan menuju GPMB pun ia sulit berkonsentrasi. Ia
berjanji akan ada selalu di samping ayahnya sampai saatnya tiba, namun beberapa
hal lebih besar daripada janji. “kesempatan
besar terbang lebih cepat daripada angin” itu kata ayahnya. Langkahnya yang
sempat ragu-ragu, perlahan berubah demi satu tekat. Pulang sebagai juara.
Ada
murid pasti ada pelatih, dong. Namanya Rene. Wanita jebolan Amerika itu rela
pergi ke Bontang dan melatih anak-anak MBBPKT untuk memiliki semangat menjadi
juara. Rene sosok yang keras dan disiplin. Perjalanan karirnya yang penuh
perjuangan membuat cara megajarnya jadi terbilang keras di mata para
murid-murid didikannya. Namun ia masih memiliki sisi lembut yang bisa merubah
segalanya. Ia berani menentang sekiranya ia benar dan iapun berani minta maaf
kalau ia bersalah. Ia memiliki tekat kuat, darimananpun
asalnya, semua bisa jadi juara.
Nahhh,
dari segi cerita, keren nggak, tuh? keren, dong. Ditambah lagi Ifah seneng
banget mulai awal sampe akhir kayaknya nggak nemu typo yang nonggol nggak
enak-enakin gitu, paling empet Ifah kalo nemu yang kayak beginian. Tapi.. ada, deng satu, tapi nggak begitu penting.
Ada di lembar terakhir bab 46 tepatnya di halaman 298. Biasanya setiap akhir
bab pasti ada tanda “[]”, tapi di bab 46 nggak ada, saudara-saudara. Bisa dicek.
Tapi nggak apa-apa, keseluruhan Ifah angkat topi buat tante Oka dan tim Noura
Books semua. Yeeee… :D
Finnaly,
Ifah nggak percaya kalo orang selepas membaca novel ini tidak dapat pelajaran
apa-apa. Semangat, mengalahkan rasa takut, pede akan dari mana kamu berasal,
jadi diri sendiri dan semua tekat untuk meraih mimpi disajikan gambling di
novel ini. Dan pastinya fimnya juga yang rencananya rilis 29 Agustus 2013 (satu
hari setelah ultah Ifah, nih). Seperti kata ayahnya Lahang, Kau masih
hidup, maka hiduplah, jangan seperti orang mati. Dan juga, seperti kata
Opa-nya Tara, kadang-kadang, hidup itu, ya, kayak gitu, Dek. Kayak dorong mobil di
tajakan. Susah. Berat. Capek. Tapi, kalau terus didorong, dan terus didoain,
insya Allah akan sampai. Nah, jangan takut untuk berusaha dan berimpi.
Seperti dalam novel ini, dreaming is
believing…!!
VINCEROOOOOO!!!!
No comments:
Post a Comment