Hari-hari penuh konflik. Entah dari diri sendiri, keluarga atau bahkan dari BFF. Eitsss.. tunggu dulu, BFF? em.. Ngomong-ngomong soal BFF (Best Friends Forever), asalkan kalian tahu, teman, itu semua NGGAK PERNAH ADA. Ifah ulangi lagi, NGGAK PERNAH ADA. Why?
Ifah berani ngomong begini karena emang udah kejadian dan jelas buktinya. Sejak TK, SD, SMP, SMA atau yang sudah kuliah apalagi rumah tangga, sahabat itu udah jadi momok berarti dalam perjalan hidup seseorang. Salah satunya cinta datang kebanyakan juga dari sahabat dekat. Ingat, saat kita baru kenal sekolah, yang pertama ditakutin, ya, "nanti aku punya kenalan siapa, ya?" atau "punya temen, nggak, ya?" 99%, Ifah bilang kalian akan mikir begitu. Ngebayangin gimana sahabat kita nantinya. Dia baik? Pendiam? Atau malah dia itu adalah orang terkenal di lingkungan kamu? Berbagai pertanya selalu muncul jika bicara soal sahabat. Iya, nggak?
Kamu mengenal dia sebagai sahabat kamu, terbaik mungkin. Benar?
Sebelum lebih jauh, Ifah mau tanya dulu. Siapa sahabat terbaikmu saat SD? kelas 1? 2? 3? sampai 6? Masih sama? terus waktu lulus, masuk di SMP, teman kamu yang baru siapa? Berapa? Baik? Masih sama juga? nah.. buat yang udah SMA atau tingkatan di atasnya, Ifah mau tanya lagi. Sahabatmu masih sama? Itu-itu aja? Apa??? Kamu jawab apa? Masih sama? Waw.. benar-benar kamu mirip cerita-cerita novel remaja yang sering Ifah baca, nih. Ckckckck... hebat..!! Tapi.., Ifah kasih tahu, ya. Manusia itu perlu banyak relasi. Kamu nggak bisa hidup dengan sahabat yang itu-itu saja. One does not simply walk into a relation. Nggak bisa itu-itu saja, Teman..
Dia yang lain, yang kamu kenal baik itu. Pernah tidak, saat kamu membutuhkan bantuan terus dia datang membantu kamu. Dia bilang, "aku, kan, sahabat kamu. Ya, udahlah. Kenapa, sih, orang bantu sahabat sendiri," lantas kamu bilang, "ya, makasi, ya. Kamu emang sahabat terbaikku,". Tapi suatu hari, ada masalah besar yang menyangkut dia dan kamu. Misalnya saat ujian, kamu bantu dia ngasih jawaban kamu ke dia. Pas pengumuman skor, eh.. nilai dia lebih tinggi dari kamu.
Sungguh Ifah mohon, jangan kamu hujat dia karena perbuatanmu sendiri.
Loh? kenapa? Dia, kan, sahabat terbaik kamu. Ngapain marah. Itu yang kamu bilang sebelumnya. "Kamu emang sahabat terbaikku," masak lupa, sih? Toh, nantinya dia bisa aja bilang ke kamu, "makasih, ya. Udah dibantuin. Nilai aku jadi bagus," seperti itu.
Anyway, maslah seperti tadi udah sering kita temui, kan. Nggak perlu munafik. Mungkin sebagian dari kalian bahkan pernah ngalaminnya. Ini juga yang sering Ifah alami, kok. Sakit benget, Teman. Ifah tahu itu. Nggak bisa gitu aja kita nolak yang katanya "sahabat" itu untuk kita bantu. Kita sama-sama butuh.
Tapi, apakah kita masih mau bilang dia sahabatku yang terbaik disaat kita seringkali membicarakannya di belakang dia nggak tahu kalau aku sakit saat dia senang-senang gitu. Ingat semuanya, Teman.
So, buka lebar-lebar mata kalian. Lihat, siapa sahabat terbaik kamu, dulu.. sekarang.. dan nanti.. Apakah ada? Silakan mencari..
No comments:
Post a Comment