Hai, Ifah mau bagi-bagi tugas kuliah, nih. Baik banget nggak, sih? Yang lagi cari bahan buat makalah Perkembangan Peserta Didik (PPD) Ifah akan bantu dengan postingan ini.
Tapi sebenarnya, postingan ini buat mempermudah teman satu kelompok Ifah yang nggak masuk tadi (29/4) yang harusnya ambil filenya. Hehehe.. buat teman Ifah, Mimi, ini filenya, ya!
Dan buat teman-teman yang lain, semoga ini bisa membantu. Oke!!
Selamat belajar! x
---------------------------------------------------------------------
Tugas-Tugas dan Dimensi Perkembangan Peserta Didik
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sebuah kegiatan
belajar-mengajar merupakan salah satu cara memenuhi fungsi pendidikan nasional
yang mana untuk mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban
bangsa dan martabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa dan
mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang cerdas, beriman dan
percaya kepada Tuhan yang Maha Esa.
Usaha yang nantinya dapat
dilakukan oleh seorang pendidik yang berkualitas adalah memahami bagaimana
peserta didiknya.
Dalam kegiatan belajar
mengajar, anak adalah subjek dan objek dari kegiatan pengajaran. Kegiatan pengajaran
akan tercapai bila peserta didik berusaha aktif untuk mencapainya.
Belajar-mengajar adalah sebuah
proses interaksi antara peserta didik dan guru. Peranan guru sebagai pembimbing
mengacu pada banyaknya peserta didik yang bermasalah (Hamiyah dan Jauhar,
2014:14).
Masing-masing peserta didik
memiliki karakter yang berbeda antara satu dengan yang lain. Peserta didik
dapat dilihat dari perbedaan kemampuan masing-masing anak.
Perbedaan perilaku ini bisa
dikarenakan perbedaan kemampuan.
Perbedaan kemampuan ini ada
yang menganggap disebabkan oleh kemampuan manusia yang ditakdirkan tidak sama,
ada pula yang beranggapan karena perbedaan cara menyerap informasi dari suatu
gejala (Bangsawan, 2006:4). Atau dengan kata lain kecerdasan menjadi salah satu
penyebab masing-masing peserta didik memiliki perbedaan. Entah pembawaan sejak
lahir atau pendidikan serta pengalaman.
Betapa tingginya nilai
keberhasilan seorang pendidik, program pengajara yang dilakukan secara baik dan
sistematik tidak dapat berjalan dengan baik jika pendidik tidak mengetahui
bagaimana perkembangan peserta didik yang dihadapinya.
Oleh sebab itu, secara spesifik
pendidik harus mengetahui bagaimana anak didiknya secara mendalam. Perlu
dilakukannya evaluasi terpusat dari bagaimana memahami dimensi, tugas-tugas,
tahapan perkembangan bahkan sampai pada problema peserta didik yang sering
terjadi.
Sebagai pedoman dalam
pencapaian setiap kegiatan belajar-mengajar, pengajar diwajibkan mampu
merumuskan tujuan pembelajarannya serta memahami karakteristik perilaku dan
kemampuan peserta didiknya.
B. Rumusan Masalah
Masalah menjadi
dasar dalam sebuah kajian. Agar kajian dapat dilaksanakan dengan baik, masalah
yang begitu kompleks harus dirumuskan agar menjadi lebih fokus. Terdapat enam masalah dalam kajian ini.
1.
Bagaimanakah bawaan sejak lahir atau lingkungan?
2.
Apa sajakah bukti pengaruh hereditas?
3.
Apa sajakah dimensi perkembangan peserta didik?
4.
Apakah problema yang dapat mempengaruhi perkembangan
peserta didik dan lingkungan?
5.
Apakah tugas-tugas perkembangan?
6.
Bagaimanakah tahapan perkembangan peserta didik?
C. Tujuan
Tujuan merupakan
implementasi dari masalah yang telah ditentukan. Berdasarkan masalah yang ada,
terdapat enam
tujuan dalam kajian ini.
1.
Untuk menjelaskan bawaan sejak lahir atau lingkungan.
2.
Untuk memaparkan bukti pengaruh hereditas.
3.
Untuk memaparkan dimensi perkembangan peserta didik.
4.
Untuk memahami problem yang dapat mempengaruhi
perkembangan peserta didik dan lingkungan.
5.
Untuk mempelajari tugas-tugas perkembangan.
6.
Untuk menjelaskan tahapan perkembangan peserta didik.
BAB
II
PEMBAHASAN
A. Bawaan Sejak Lahir atau Lingkungan
Secara garis
besar faktor perkembangan dan bawaan sejak lahir dapat dikemukakan oleh
pendapat para ahli ada tiga golongan yaitu:
a.
Aliran
Nativisme
Menurut aliran
ini bahwa perkembangan individu semata-mata ditentukan oleh faktor-faktor yang
dibawa sejak lahir (natus = lahir). Anak sejak lahir membawa sifat-sifat dan
dasar-dasar tertentu yang dinamakan pembawaan. Para ahli yang mengikuti paham
ini biasanya menunjukan berbagai kesamaan/kemiripan antara orang tua dan anak.
Misalnya kalau ayahnya ahli musik maka anaknya juga akan menjadi ahli musik.
Ayahnya seorang guru maka anaknya juga akan menjadi anak yang pandai karena
mewarisi sifat genetik sang ayah dan juga kemungkinan akan bisa menjadi guru
juga. Keistimewaan yang dimiliki orang tua biasanya juga dimiliki anaknya.
Sifat pembawaan tersebut mempunyai peranan yang
sangat penting bagi perkembangan individu. Pendidikan dan lingkungan hampir
tidak ada pengaruhnya terhadap perkembangan anak. Tokoh aliran ini adalah
Schopenhauer dan Lombroso.
.
b.
Aliran
Empirisme
Menurut aliran
ini bahwa perkembangan individu semata-mata dipengaruhioleh faktor dari luar
(lingkungan). Sedangkan pembawaan tidak memiliki peranan sama sekali. Tokoh
aliran ini ialah John Locke (1632-1704) yang terkenal dengan teori
“Tabularasa”. Para ahli yang memiliki paham ini biasanya menyatakan bahwa tidak
ada kemiripan antara orang tua dan anak. Misalnya kalau ayahnya seorang dokter
tapi anaknya tidak mengikuti jejak ayahnya yang menjadi dokter tetapi, dia
lebih suka bermain musik dan belajar kesenian karena pengaruh melihat
teman-temannya yang suka baermain musik. Ada juga seorang ayah yang pandai dan
jenius tetapi anaknya tidak pandai karena keseringan main dengan teman-teman yang
tidak rajin belajar dan lebih suka main Ps. Maka faktor lingkungan juga dapat
mempengaruhi perkembangan individu.
c.
Aliran
Konvergensi
Menurut aliran
ini bahwa manusia dalam perkembangan hidupnya dipengaruhi oleh bakat atau
bawaan dan lingkungan. Manusia lahir telah membaw benih-benih tertentu dan bisa
berkembang karena pengaruh lingkungan. Aliran ini dipelopori oleh W. Stren.
Pada umumnya
paham inilah yang sekarang banyak di ikuti oleh para ahli pendidikan dan
psikologi, walaupun banyank juga kritik yang dilontarkan terhadap paham ini.
Salah satu kritik ialah Stren tidak dapat dengan pasti menunjukan perbandingan
kekuatan dua pengaruh itu. Dengan demikian pendidikan harus mengusahakan agar
benih-benih yang baik dapat berkembang optimal dan benih-benih yang jelek
ditekan sekuat mungkin sehingga tidak dapat berkembang.
B. Bukti Pengaruh Hereditas
Menurut McDevitt dan Ormrod (dalam Danim, 2013:91) hasil penelitian membuktikan bahwa ukuran
kecepatan pengolahan informasi berkolerasi positif dengan skor IQ. Kecepatan
pemrosesan tergantung pada efisiensi neurologis dan kematangan yang
dikendalikan secara genetik. Dari sudut pandang ini, ada bukti kuat bahwa
tingkat kecerdasan seseorang sangat ditentukan oleh faktor keturunan.
Banyak pula ditemukan anak-anak dengan cacat genetik
tertentu memiliki IQ rata-rata jauh lebih rendah dari rekan-rekan mereka yang
tidak memiliki cacat yang sama (Keogh dan MacMillan dalam Danim, 2013:91).
Akan tetapi bukti paling meyakinkan berasal dari studi
kembar dan studi adopsi.
Studi Si Kembar
Sejumlah penelitian telah menggunakan kembar monozigotik
(identik) dan kembar dizigotik (persaudaraan) untuk mengetahui berapa kuat
faktor hereditas mempengaruhi IQ.
Kebanyakan
kembar dibesarkan bersama-sama dengan orang tua dan di rumah yang sama, mereka
dibentuk oleh lingkungan yang sama serta gen yang serupa. Namun bahkan ketika
kembar dibesarkan secara terpisah (ungkin karena mereka telah diadopsi dan
dibesarkan oleh orang tua yang berbeda), mereka juga memiliki skor IQ yang
sama.
Studi Adopsi
Cara
lain untuk membedakan pengaruh hereditas dan lingkungan adalah membandingkan
anak-anak yang diadopsi oleh kedua orang tua biologis dan angkat mereka. Anak
yang diadopsi cenderung mirip dengan orang tua biologis merea dalam susunan
genetiknya. Sedangkan lingkungan mereka, tentu saja lebih dekat cocok dengan
orang tua angkat mereka.
Selain
itu, menurut Bouchard (dalam Danim, 2013:93) korelasi antara anak yang diadopsi
dan orang tua biologis mereka menjadi lebih kuat, dan korelasi antara anak-anak
dan orang tua angkat mereka menjadi lemah, sebagai anak-anak tumbuh lebih tua,
terutama selama masa remaja akhir. Studi adopsi dan studi kembar tidak
memungkinkan peneliti untuk mengkaji cara-cara dimana keturunan dan lingkungan
mungkin berinteraksi dalam pengaruhnya terhadap tingkat kecerdasan.
Hal
ini bukan untuk mengatakan bahwa anak-anak ditakdirkan memiliki tingkat
kecerdasan yang sama dengan orang tua biologis mereka. Sehingga, faktor genetik
mungkin bukan merupakan prediktor pasti tentang potensi IQ mereka sendiri,
karenanya faktor lingkungan sangat mungkin juga membuat perbedaan yang cukup.
C. Dimensi Perkembangan Peserta Didik
Perkembangan manusia dapat dilihat dari multidimensi,
baik fisik maupun nonfisik. Perkembangan itu umumnya berlangsung secara sistematis,
progresif, dan berkelanjutan. Dan untuk hal-hal yang bersifat nonfisik, bisa
saja sifat perkembangannya berlangsung secara acak. Dimensi-dimensi
perkembangan individu, termasuk peserta didik dapat digolongkan menjadi :
1.
Perkembangan fisik. Perkembangan fisik individu mencakup
aspek-aspek anatomis dan fisiologis.
2.
Perkembangan perilaku psikomotorik. Perkembangan ini
menuntut koordinasi fungsional antara sistem syaraf dan otot, serta
fungsi-fungsi psikis.
3.
Perkembangan bahasa. Manusia memiliki potensi dasar
berbahasa, tergantung pada dimana dia bermukim dan berinteraksi dengan
masyarakat disekitarnya.
4.
Perkembangan kognitif. Perkembangan kognitif sama dengan
perkembangan kapasitas nalar otak atau inteligensi. Dan perkembangan
inteligensi berlangsung sangat pesat sampai masa remaja.
Banyak versi teoritis mengenai tahap perkembangan
kemampuan berpikir atau kognitif anak. Teori tahap perkembangan kognitif
dikemukakan oleh psikolog Swiss, Jean Piaget (1896-1980). Menurut Piaget ada
empat tahap perkembangan kognitif manusia :
a.
Tahap sensorimotorik (sensorymotor
stage), yang berlangsung sejak manusia dilahirkan sampai kira-kira berusia
2 tahun.
b.
Tahap praoperasional (praoperational
stage), yang berlangsung sejak kira-kira anak berusia 2-7 tahun.
c.
Tahap operasional kongkrit (cuncrete operational stage), yang berlangsung kira-kira pada usia
7-11 tahun.
d.
Tahap operasional formal (formal operational stage), yang terjadi antara usia 11-15 tahun
atau seusia sekolah menengah pertama hingga kelas bawah sekolah menengah atas.
5.
Perkembangan perilaku sosial. Manusia merupakan makhluk
sosial, begitupula dalam perilaku sosial tampak dalam peran yang ditampilkan,
respon interpersoanal yang berkaitan dengan kesukaan, kepercayaan terhadap
individu lain ataun respon ekspresif yaitu ciri-ciri respon interpersonal yang
berkaitan dengan ekspresi diri, kebiasaan-kebiasaan yang khas dan sebagainya.
6.
Perkembangan moralitas. Dalam tahap perkembangan moral
ini adalah ukuran dari tinggi atau rendahnya moral seseorang berdasarkan
penalaran moralnya.
7.
Perkembangan bidang keagamaan. Manusia meyakini bahwa ada
kekuatan yang “Serba Maha” di luar dirinya. Sehingga inilah penghayatan
dibidang keagamaan, dalam apapun agama yang dianutnya.
8.
Perkembangan konatif. Konatif merupakan perilaku yang
berkaitan dengan motivasi atau faktor penggerak perilaku yang berkaitan dengan
motivasi atau faktor penggerak perilaku seseorang yang bersumber dari
kebutuhan-kebutuhannya. Dan motivasi ini bisa bersumber dari dorongan internal
dan eksternal.
9.
Perkembangan emosional. Dalam perkembangan emosional
melibatkan banyak variabel, seperti rangsangan yang menimbulkan emosi,
perubahan fisiologis, suasana lingkungan, kondisi kesehatan, ketersediaan
kebutuhan, iklim interaksi dengan lingkungan dan orang lain.
D. Perkembangan Peserta Didik dan Lingkungan
Masa depan manusia banyak dipengaruhi oleh rangsangan
lingkungan sekitar. Namun antara rangsangan lingkungan dulu dan kini sungguh
berbeda. Dari lingkungan inilah potensi bawaan seseorang hampir sering berubah
sepanjang perjalanan hidup manusia.
Salah satu contohnya adalah perbedaan manusia sejak ia
mulai dilahirkan. Bayi akan mengadaptasi apapun yang sedang terjadi di
lingkungannya, seperti meniru orang tua atau siapapun yang dekat dengannya.
Kesadaran itu bersumber dari dirinya sendiri dan interaksi sosial dengan orang
lain.
Berikut adalah ragam perkembangan anak baik dari faktor
bawaan karena bentuk lingkungan itu sendiri, khususnya lingkungan sosial.
1.
Kesadaran diri. Kesadaran diri tergantung pada pematangan
sistem sarafnya. Namun pada saat kesadaran diri digabung dengan kesadaran orang
lain akan membentuk inti dari perkembangan kehidupan sosialnya. Oleh sebab itu
seorang anak harus selalu diajarkan melakukan kontak sosial dengan
lingkungannya.
2.
Pengacuan sosial. Anak memiliki kemampuan melihat
ekspresi wajah orang lain untuk memutuskan cara untuk menanggapinya. Pada saat
akhir tahun pertama, bayi mulai sadar akan ekspresi orang lain dan mencari
bimbingan dari mereka. Kemampuan ini merupakan akar dari suatu keterampilan
sosial penting. Oleh karena itu keterampilan sosial dan perkembangan emosional
ikut dibentuk oleh bagaimana cara pengasuhan.
3.
Periode kritis. Akibat pengaruh lingkungan, kadar
kesensitivitas seorang anak dapat meningkat, baik itu secara positif atau bahkan negatif. Peristiwa-peristiwa yang
nantinya terjadi selama periode kritis dapat menentukan apakah anak berkembang
secara normal atau sebaliknya. Pada periode kritis ini sentuhan lingkungan
menjadi pengalaman awal yang memberikan efek pada kehidupan anak di kemudian
hari.
4.
Perawatan primer. Anak mendapatkan perawatan primer dari
lingkungannya, terutama orang tua atau pengasuh. Mereka mengembangkan dan
mengajarkan hubungan emosional serta fisik dengan orang lain di lingkungannya.
5.
Pengayaan dalam pengembangan. Lingkungan merangsang
perkembangan fisik, emosi, persepsi, dan intelektual anak. Salah satu contohnya
adalah saat anak berusia 5 bulan, yang mana ia ingin menyentuh apa saja di
sekitarnya. Bagian inilah sedang terjadi perkembangan motorik, asalkan tidak
berbahaya.
(Danim, 2013:95)
E. Tugas-tugas Perkembangan Peserta Didik
Tugas perkembangan atau develompment task menurut
Havirgust (Robert James Havirgust) adalah “tugas-tugas yang harus dipecahkan
atau diselesaikan oleh setiap individu pada setiap periode perkembangannya agar
supaya individu tersebut menjadi berbahagia”.
Menurut Hurlock, tujuan mempelajari tugas perkembangan
sebagai berikut.
1.
Mendapatkan petunjuk bagi individu untuk mengetahui apa
yang diharapkan masyarakat dari mereka pada periode usia-usia tertentu.
2.
Memberikan motivasi kepada individu untuk melakukan apa
yang diharapkan dari mereka oleh kelompok sosial pada usia tertentu sepanjan
kehidupannya.
3.
Menunjukkan kepada individu tentang apa yang akan
dihadapi dan tindaka pa yang diharapkan kalau sampai pada tingkat perkembangan
berikutnya.
Begitupula, adapun faktor yang mempengaruhi tugas
berkembangan yaitu:
a.
Tuntutan kebudayaan.
b.
Kematangan fisik.
c.
Kepribadian seseorang.
Tugas-tugas
perkembangan berkenaan dengan sikap, perilaku dan keterampilan idealnya. Harus
dikuasai dan diselesaikan sesuai dengan fase usia perkembangannya. Tugas-tugas
perkembangan individu bersumber pada
faktor-faktor kematangan fisik, tuntutan kultural kemasyarakatan.
Cita-cita dan norma-norma agama. Di bawah ini dikemukakan Havighurat (1948) mengenai
tugas-tugas perkembangan. Selanjutnya, dikemukakan juga tugas-tugas
Perkembangan Peserta Didik Usia sekolah. Materinya dikembangkan dari berbagai
sumber.
Adapun
Periode
Perkembangan dan Tugas-tugas Perkembangan.
1.
Masa Bayi dan
Kanak-kanak Awal (0.0-6.0 tahun)
a. Belajar
berjalan pada usia 9.0 - 15.0 bulan.
b. Belajar
memakan makanan padat.
c. Belajar
berbicara
d. Belajar
buang air kecil dan buang air bersar.
e. Belajar
mengenal perbedaan jenis kelamin.
f. Mencapai
kestabilan jasmaniah fisiologis.
g. Membentuk
konsep–konsep sederhana kenyataan sosial dan alam.
h. Belajar
mengadakan hubungan emosional dengan orang tua, saudara dan orang lain.
i.
Belajar
mengadakan hubungan baik dan buruk dan perkembangan kata hati.
2. Masa
Kanak –Kanak Akhir dan Anak Sekolah (6.0 – 12.0 usia SD/Sederajat)
a. Belajar membentuk sikap yang sehat terhadap dirinya
sendiri sebagai makhluk biologis.
b. Belajar
bergaul dengan teman sebaya.
c. Belajar
memainkan peranan sesuai dengan jenis kelaminnya.
d. Belajar
ketrampilan dasar dalam membaca, menulis dan berhitung.
e. Belajar
mengembangkan konsep-konsep sehari-hari.
f. Mengembangkan
kata hati.
g. Belajar
memperoleh kebebasan yang bersifat pribadi.
h. Mengembangkan
sikap yang positif terhadap kelompok sosial.
3. Masa
Remaja (12.0 – 21.0)
a. Mencapai
hubungan yang lebih matang dengan teman sebaya.
b. Mencapai
peran sosial sebagai pria atau wanita.
c. Menerima
keadaan fisik dan menggunakan secara efektif.
d. Mencapai
kemandirian emosional dari orang tua dan orang dewasa lainnya.
e. Mencapai
jaminan kemandirian ekonomi.
f. Memilih
dan mempersiapkan karier.
g. Mempersiapkan
pernikahan dan hidup berkeluarga.
h. Mengembangkan
keterampilan intelektual dan konsep-konsep yang diperlukan bagi warga negara.
i.
Mencapai
perilaku yang bertanggungjawab secara sosial.
j.
Memperoleh
seperangkat nilai sitem etika sebagai Petunjuk atau pembimbing dalam
berperilaku.
(Danim, 2013:111-112)
Dari berbagai
sumber, berikut ini juga dikembangkan tugas-tugas perkembangan anak sejak usia
prasekolah sampai dengan sekolah menengah atas. Pemahaman ini penting bagi guru
dalam rangka memberikan layanan pembelajaran dan bimbingan konseling/karier.
1. Masa
Usia Prasekolah
a. Menggunakan
fungsi-fungsi biologis untuk menemukan berbagai hal dalam dunianya.
b. Masa
belajar pada tahun pertama dalam kehidupan individu atau masa oral (mulut) ,
karena mulut dipandang sebagai sumber kenikmatan dan merupakan alat untuk
melakukan eksplorasi dan belajar.
c. Belajar
berjalan sehungga anak belajar menguasai ruang, mulaidari yang paling dekat
sampai yang paling jauh.
d. Pembiasaan
terhadap kebersihan.
e. Perkembangan
rasa keindahan.
2. Masa
Usia Sekolah Dasar
a. Adanya
korelasi positif yang tinggi antara keadaan dengan prestasi.
b. Sikap
tunduk kepada peraturan-peraturan permainan tradisional.
c. Adanya
kecenderungan memuji diri sendiri.
d. Membandingkan
dirinya dengan orang lain.
e. Apabila
tidak dapat menyelesaikan suatu soal, maka soal itu dianggap tidak penting.
f. Minat
terhadap kehidupan praktis sehari-hari yang konkret.
g. Amat
realitis, rasa ingin tahu dan ingin belajar.
h. Menjelang
akhir masa ini telah ada minat kepada hal-hal atau mata pelajaran khusus
sebagai mulai menonjolnya bakat-bakat khusus.
i.
Pada masa ini
anak memandang nilai (angka rapor) sebagai ukuran tepat mengenai prestasi
sekolahnya.
3. Tingkat
SMP (Depdiknas 2003)
a. Mencapai
perkembangan diri sebagai remaja yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha
Esa.
b. Mempersiapkan
diri, menerima dan bersikap positif serta dinamis terhadap perubahan fisik dan
psikis yang terjadi pada diri sendiri untuk kehidupan yang sehat.
c. Mencapai
pada hubungan yang baik dengan teman sebaya dalam peranannya sebagai pria atau
wanita.
d. Menatap
nilai dan cara bertingkah laku yang dapat diterima dalam kehidupan sosial yang
lebih luas.
e. Mengenal
kemampuan bakat, dan minat serta arah kecenderungan karier dan apresiasi seni.
f. Mengembangkan
pengetahuan dan keterampilan sesuai dengan kebutuhannya untuk mengikuti dan
melanjutkan pelajaran dan atau mempersiapkan karier serta berperan dalam
kehidupan masyarakat.
g. Mengenal
gambaran dan sikap tentang kehidupan mandiri secara emosional, sosial dan
ekonomi.
h. Mengenal
sistem etika dan nilai-nilai sebagai, anggota masyarakat dan minat manusia.
4. Tingkat
SMA/Sederajat (Depdiknas, 2003)
a. Mencapai
kematangan dalam beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.
b. Mencapai
kematangan dalam hubungan teman sebaya, serta kematangan dalam perannya sebagai
pria atau wanita.
c. Mencapai
kematangan pertumbuhan jasmaniah yang besar.
d. Mengembangkan
pengetahuan ilmu, teknologi, dan kesenian sesuai dengan program kurikulum
persiapan karier dan melanjutkan pendidikan tinggi serta berperan dalam
kehidupan masyarakat yang lebih luas.
e. Mencapai
kematangan dalam pilihan karier.
f. Mencapai
kematangan gambaran dan sikap tentang kehidupan mandiri secara emosional,
sosial, intelectual dan ekonomi.
F. Tahapan Perkembangan Peserta Didik
Perubahan akan selalu dialami oleh setiap manusia sejak ia
lahir hingga mencapai kedewasaan. Perubahan ini terjadi secara sistematis,
progresif, dan berkesinambungan dari diri individu.
Sistematis artinya perkembangan itu dalam makna normal
jelas urutannya. Progresif bermakna perkembangan itu merupakan metamorfosis
menuju kondisi ideal. Sedangkan berkesinambungan bermakna ada konsistensi laju
perkembangan itu sampai dengan tingkat optimum yang bisa dicapai (Danim,
2013:97).
Levinson (dalam Danim, 2013:97) menjelaskan bahwa siklus
kehidupan manusia terdiri dari empat urutan yang masing-masing berlangsung
selama sekitar dua puluh lima tahun. Berikut beberapa periode perkembangan
manusia.
1.
Masa anak-anak dan remaja, sejak lahir sampai dengan usia
dua puluh tahun. Transisi awal terjadi pada usia anak tiga tahun.
2.
Masa dewasa awal, umur 17 – 45 tahun.
-
Transisi awal, umur 17 – 22 tahun
-
Memasuki dunia dewasa, umur 22 – 28 tahun
-
Umur 30 tahun, transisi antara 28 – 33 tahun
-
Menetap, umur 33 – 40 tahun
3.
Masa dewasa tengah, umur 40 – 65 tahun
-
Transisi setengah baya, umur 40 – 45 tahun
-
Memasuki usia dewasa tengah, umur 45 – 50 tahun
-
Umur 50 tahun, transisi umur 50 – 55 tahun
-
Puncak dari dewasa tengah, umur 55 – 60 tahun
4.
Masa dewasa akhir dewasa, usia 60 tahun
5.
Akhir dewasa, transisi umur 60 – 65 tahun
Terjadi perbedaan atau transisi pada masing-masing era.
Erik Erikson (dalam Danim, 2013:98) berpendapat bahwa cir-ciri kepribadian
manusia itu muncul secara berlawanan, antara pesimis atau optimis, independen
atau tergantung, emosional atau tanpa emosi, petualang atau hati-hati, pemimpin
optimis atau pengikut, agresif atau pasif, dan sejenisnya.
Erik melanjutkan bahwa perkembangan individu ditentukan
oleh pengaruh interaksi antara faktor genetika (biologis), pikiran
(psikologis), dan budaya (etos). Sehingga dapat diklasifikasikan dalam delapan
tahap perkembangan kehidupan manusia dari ia lahir hingga mati.
1.
Fase bayi: sejak lahir sampai usia 18 bulan. Masa bayi
disebut sebagai tahap sensori oral (oral sensory stage), dengan ditandai
kebiasaan memasukan segala sesuatu ke mulut. Pada fase ini sosok ibu sangat
dibutuhkan untuk proses merawat secara positif dan penuh kasih sayang. Utamanya
pada kontak visual dan sentuhan.
2.
Fase usia dini: usia 18 bulan sampai 3 tahun. Hal penting
dalam fase ini adalah kontrol diri, keberanian, dan kemauan. Anak sedang
belajar menguasai keterampilan untuk dirinya sendiri. Ia belajar berjalan,
berbicara, mengembangkan gerakan yang lebih halus. Serta anak memiliki
kesempatan membangun harga diri sebagai manusia, mengontrol tubuhnya, mendapat
keterampilan baru, serta belajar benar dan salah. Hasil akhir yang dapat
terlihat nanti adalah bentuk rendah diri.
3.
Fase bermain: umur 3 – 5 tahun. Pada fase ini anak
mengalami suatu keinginan untuk meniru orang dewasa di sekitarnya dan
berinisiatif menciptakan situasi bermain. Fase ini pula anak telah mampu
menjawab pertanyaan ‘mengapa’ atau mengajukan pertanyaan. Anak-anak akan lebih
terlibat dengan peran sosial atau hubungan dengan keluarga inti.
4.
Fase sekolah: umur 6 – 12 tahun. Pada fase ini sering
disebut latency, manusia mampu belajar, menciptakan dan menyelesaikan
berbagai keterampilan baru dan pengetahuan. Fase ini penting dari segi
pengembangan sosial anak. Posisi orang tua tidak lagi menjadi pihak utama namun
keberadaannya masih dirasa penting.
5.
Fase remaja: umur 12 – 18 tahun. Kekuatan dasar dari fase
ini adalah pengabdian dan fidelity. Manusia di fase ini sebagian besar
bergantung pada apa yang dilakukannya. Ini adalah masa remaja, ia tidak lagi
anak-anak namun belum masuk fase kehidupan orang dewasa. Mereka mencoba mencari
jati diri sendiri, berjuang dengan interaksi sosia. Hubungan dengan teman
sebaya menjadi sangat penting.
6.
Fase dewasa muda: umur 18 – 35 tahun. Pada fase ini
manusia memiliki kekuatan pada segi afiliasi dan cinta. Tahap awal menjadi
seseorang dewasa yang mana mencari banyak sahabat dan cinta. Fase inilah
manusia mulai menjalin hubungan seperti pernikahan, hubugan dengan teman dan
memulai sebuah keluarga.
7.
Beberapa dari mereka yang berusia tiga puluh masih saja
ada yang belum memulai membentuk sebuah keluarga. Jika tahap ini berhasil,
seseorang akan mengalami keintiman pada tingkat yang dalam. Namun sebaliknya,
jika tidak akan mungkin muncul rasa isolasi dan jarak dari orang lain. dunia
pergaulannyapun akan terkesan menjauh.
8.
Fase dewasa tengah: umur 35 sampai dengan 55 atau
(mungkin bahkan usia 65 tahun). Ini adaah fase kedewasaan. Kekuatan dasarnya
adalah produksi dan perawatan. Pada usia ini manusia cenderung mampu melakukan
karya kreatif yang bermakna dan membicarakan seputar kehidupan berkeluarga. Ia
kan menjadi lebih bertanggung jawab dengan perannya.
9.
Dewasa akhir: umur 55 atau 65 tahun hingga kematian.
Dasar kekuatannya adalah kebijaksanaan. Orang mulai mempersiapkan kehidupan
pada tahap dewasa tengah dan tahap terakhir dia sudah merasa nyaman. pada fase
ini orang merasakan besarnya hikmat dunia kemudian mereorientasi kepedulian
yang mulai “terpisah” dengan kepentingan kehidupan duniawi, atau menerima
kematian sebagai penyelesaian kehidupan.
BAB
III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Uraian
pembahasan yang begitu detail, mendalam, dan panjang perlu diambil intinya
sehingga dapat dipahami dengan mudah. Inti dari pembahasan tersebut merupakan
simpulan kajian. Berdasarkan pembahasan pada bab II, dapat diambil enam simpulan.
1.
Secara garis
besar faktor perkembangan dan bawaan sejak lahir dapat dikemukakan oleh
pendapat para ahli ada tiga golongan yaitu: aliran nativisme, aliran empirisme, dan aliran
konvergensi.
2.
Kecepatan pemrosesan tergantung pada efisiensi neurologis
dan kematangan yang dikendalikan secara genetik. Akan tetapi bukti paling
meyakinkan mungkin berasal dari studi kembar dan studi adopsi.
3.
Perkembangan manusia dapat dilihat dari multidimensi,
baik fisik maupun nonfisik. Dimensi-dimensi perkembangan individu, termasuk
peserta didik dapat digolongkan menjadi: perkembangan fisik, perkembangan
perilaku psikomotorik, perkembangan bahasa, perkembangan kognitif, perkembangan
perilaku sosial, perkembangan moralitas, perkembangan bidang keagamaan,
perkembangan konatif dan perkembangan emosional.
4.
Masa depan manusia banyak dipengaruhi oleh rangsangan
lingkungan sekitar. Namun antara rangsangan lingkungan dulu dan kini sungguh
berbeda. Dari lingkungan inilah potensi bawaan seseorang hampir sering berubah
sepanjang perjalanan hidup manusia.
5.
Tugas-tugas
perkembangan berkenaan dengan sikap, perilaku dan keterampilan idealnya. Harus
dikuasai dan diselesaikan sesuai dengan fase usia perkembangannya. Tugas-tugas
perkembangan individu bersumber pada
faktor-faktor kematangan fisik, tuntutan kultural kemasyarakatan.
6.
Perubahan akan selalu dialami oleh setiap manusia sejak
ia lahir hingga mencapai kedewasaan. Perubahan ini terjadi secara sistematis,
progresif, dan berkesinambungan dari diri individu.
B. Saran
Penulis menyadari bahwa kajian yang
telah dilakukan ini tidak terlepas dari kekurangan. Saran dan kritikan yang
bersifat membangun dari pembaca sangat penulis harapkan sehingga kajian ini
menjadi semakin mantap. Akhirnya, semoga kajian ini memberikan manfaat bagi
pembaca dalam menambah khasanah keilmuan. Amiin.
DAFTAR
PUSTAKA
Bangsawan,
LT. 2006. Perkembangan Peserta Didik. Bandung: CV. Citra Praya.
Danim, Sudarwan. 2013. Perkembangan
Peserta Didik. Bandung: Alfabeta.
Hamiyah, Nur dan Muhamad Jauhar. 2014. Strategi
Belajar-Mengajar di Kelas.
Jakarta: Prestasi
Pustaka.
Qalbu,
Himitshu. 2011. “Perkembangan Peserta Didik (makalah)” (online),
makalah/, diakses tanggal 1 April 2015.
------------------------------------------------------------------
Maaf, ya, Ifah nggak sempat perbaiki tulisannya, Ifah tinggal copy paste aja dari dokumen! Kalau masih ada tambahan silakan tinggalkan komentar. Thanks! x
-----------------------------------------------------------------------
saya sangat tertarik dengan artikel ini, beruntung sekali menemukan artikel ini dipencarian, semoga menambah referensi saya tentang belajar online marketing
ReplyDelete