Lama juga aku nggak nulis review buku. Biasanya buku yang akan aku review adalah buku dari penulis lokal yang sudah selesai aku baca. Tapi kali ini.. setelah hampir dua hari aku diajak chat sama salah satu readers kece aku di instagram *Afadh, aku sebut kamu kece lagi* kepikiran untuk nulis review soal buku yang baru selesai aku baca tanggal 2 Agustus lalu. Hanya dua hari (em, actually, aku bacanya sebentar-sebentar. Kalau ditotal bahkan nggak ada 24 jam) dari tanggal 1 Agustus.
Yups, datang dari penulis hebat JK Rowling dan dua sahabat baiknya John Tiffany & Jack Throne, mereka dengan baik hati memberi pencerahan apa yang terjadi setelah kalimat ALL WAS WELL di ending buku seri ke 7nya, Harry Potter and the Deathly Hallows.
Salah satu hal mendasar bagi para penulis fanfiction seperti aku (minum polyjuice jadi Annelies Shofia) yang harus paham dengan jalan pikiran Queen Jo soal plot cerita Harry Potter apalagi bagi penggemar dan author fandom Harry Potter untuk menulis cerita-cerita next gen yang cannon, Harry Potter and the Cursed Child jadi jendela baru untuk tahu.. siapa Albus Severus Potter atau siapa Scorpius (Hyperion) Malfoy, atau bahkan Rose Granger-Weasley.
Baiklah, sebelum memulainya, aku akan meminta maaf terlebih dulu untuk kalian para pembaca sekalian yang budiman bagi yang tidak menghendaki spoiler muncul karena kalian belum membacanya, *buka pintu* saya persilakan, bisa meninggalkan laman saya untuk tidak melanjutkan membaca review ini lebih jauh atau anda kecewa *bungkukin badan*
Kalau semua sudah clear.. mari kita mulai!! :)
NASIB TOKOH
Dari sinopsisnya sendiri (aku akan tulis sesuai dengan caraku, maklum kebawa mata kuliah kritik sastra), Harry Potter and the Cursed Child mengambil setting 19 tahun setelah the-boy-who-lived, Harry Potter, dan para pendukungnya menghabisi si pesek Voldemort di Hogwarts sekitar tahun 1998. Jangan harap kalian akan menemukan Harry Potter yang unyu dengan luka sambaran petir di dahinya dan kacamata bulat kecenya. Harry sekarang tumbuh dewasa sebagai hot Daddy (masih ganteng, sih, yang jadi) dengan tiga bocah masing-masing bernama James Sirius Potter, Albus Severus Potter, dan Lily Luna Potter bersama istri tercintanya Ginny Potter (sudah jadi istrinya, jadi bukan Weasley lagi). Harry disibukan sebagai salah satu kepala departemen terpenting di kementerian sihir Inggris, Departemen Pelaksanaan Hukum Sihir (Department of Magical Law Enforcement).
Cursed Child adalah lanjutan dari ending Deathly Hallows ketika Harry dan Ginny bersama dua sahabat (yang kini jadi keluarga) Ron-Hermione, mengantar anak-anak mereka di tahun pertama sekolah di Hogwarts. Bagi yang ingat akhir cerita Deathly Hallows, konflik yang muncul adalah antara Harry dan Albus, anak tengah Harry, yang akan masuk Hogwarts bareng Rose, anak Ron dan Hermione, serta Scorpius, anak Draco Malfoy. Albus takut bagaimana dia nanti masuk asrama Slytherin.
Ya, ini dia.
Semua ketakutan Albus itu menjadi point awal masalah cerita Cursed Child bermula.
Memang nggak asik kalau cerita baru tanpa konflik baru. Benar nggak? Cursed Child akhirnya memberikan pembaca suguhan petualangan baru daru generasi selanjutnya. Lupakan bagaimana Harry bisa bertemu Ron dan Hermione di Hogwarts Express atau perseteruan Harry dan Draco sampe mereka bunuh-bunuhan. Kali ini, Cursed Child bintangnya adalah buntut mereka semua.. eh, maksudnya anak-anak mereka. Bahkan buntutnya si pesek Voldy Moldy pun ikut-ikutan bareng mereka.
Kannnnnnn! Aku bilang ini adalah ajang kumpul-kumpul masalah para anak-anak dari tokoh Harry Potter.
Tentang Albus yang sepanjang cerita benci pake banget sama bapaknya sendiri (serius, jadi inget konflik Boruto sama Naruto), si Harry Potter di saat semua penyihir mengelu-elukan kinerja hebat dari Harry untuk kepentingan dunia sihir. Tapi di mata Albus,, Harry tak ubahnya sebagai sosok gagal seorang ayah yang malah bikin susah hidup anaknya. Albus merasa pihak paling dirugikan dari nama besar seorang Potter itu apalagi ketika benar-benar dia masuk asrama Slytherin dan jadi anak yang nggak sehebat apa yang selama ini digambarkan oleh para penulis fanfiction dunia *kedipin mata* tentang sosok anak Harry Potter. Kenapa payah banget sih si Al?! Ups, sorry Albus. Albus benci banget dipanggil Al *tuh, kan, kebalik sama pemikiran di fanfiction*.
Nggak jauh beda dengan Albus, Scorpius Malfoy, rupanya punya masalah yang nggak bisa dianggap remeh. Jujur, aku nggak habis pikir sama jalan pikiran Mom Jo soal nasib ini bocah bareng bapaknya, Draco Malfoy. Such a sinetron you know!
Scorpius haru rela jadi bahan bully seluruh penyihir Inggris karena rumor dia dianggap sebagai "Son of Voldemort". Kalian percaya? Kalau kata si Rose..
..It's probably rubbish. I mean.. look, you've got a nose..
(Act One, Scene Three)
Lalu Rose?
Ah, mungkin anak ini lebih baik disebut sebagai pemanis saja di antara Albus dan Scorpius. Peran Rose nggak terlalu menonjol, btw. Dia ceria, pinter maybe karena di Cursed Child nggak begitu terlihat pinternya gimana karena perannya dikit, menikmati kepopulerannya, dan.. suka ilfeel sama Scorpius. *nyengir*
Tapi, sosok wanita paling manis di cerita Cursed Child rupanya datang dari tokoh baru yang juga anak dari tokoh terkenal di serial Harry Potter. Mari kita sambut Delphi!!!!
Ini cewek serba misterius. Gelagatnya (menurut aku) udah mulai kebaca. Aku sengaja nggak baca wikipedia yang sudah obrak-abrik cerita sejak tanggal 1 Agustus biar surprise, siapa sebenarnya sosok Delphi yang bisa buat Albus wajahnya pucet dan bersemu merah. delphi jadi masalah besar dan musuh utama karena maksud terselubungnya memanfaatkan Albus dan Scorpius untuk mewujudkan sebuah ramalan baru dan.. misi untuk bapaknya.
Baiklah, lepas dari bahasan tokoh-tokohnya baru itu, kita masih akan melihat perkembangan Harry, Ron, Hermione, Ginny, dan Draco sebagai orang tua sekarang. Perubahan pastinya terjadi dari segi sifat dan pembawaannya. Sepanjang cerita kita tahu bagaimana wibawanya Harry sebagai pegawai Kementerian yang dihormati, Hermione yang ternyata naik jabatan paling tinggi di Kementerian sebagai Menteri Sihir *kemana Kingsley?*, Ron bekerja di Weasleys Wizards Wheezes dengan George dan memilih menjaga anak-anaknya, lucunya dia suka ngeluh sakit karena udah tua :)
HARRY:
Getting old? Thanks, mate.
RON:
Honestly, every time I sit down now I make an "ooof" noise. An "ooof." And my feet -- the trouble I'm having with my feet -- I could write songs about the pain my feet give me -- maybe your scar is like that.
GINNY:
You talk a lot of rubbish.
(Act One, Scene Fifteen)
Kalian tetap akan dibuat tertawa meski suasana tegang sama Ron. Begitu juga dengan Ginny, dia sudah jadi ibu-ibu yang cool. Ngurus anak, korespondensi olah raga Daily Prophet dan masih badas seperti dulu.
DRACO:
If anything happens to Scorpius...
Ginny Steps in between DRACO and HARRY.
GINNY:
Don't throw around threats, Draco, please don't do that.
DRACO (roar):
My son is missing!
GINNY (an equal roar):
So is mine!
He meets her look. There's real emotion in this room.
(Act One, Scene Seventeen)
Dan tidak kalah lagi dengan Draco. Dia benar-benar jadi bapak yang keren banget! Rela melakukan apapun untuk anaknya, guys!
DRACO (lip curling, every inch his father):
If you need gold.. Everything the Malfoys have.. He's my sole heir.. He's my -- only family.
If you need gold.. Everything the Malfoys have.. He's my sole heir.. He's my -- only family.
(Act One, Scene Seventeen)
Serta banyak sifat-sifat lain yang bisa dibilang jadi OOC (out of character) karena masalah perubahan usia ini. Jangan kaget.
KEJUTAN ATAU MALAH ANEH?
Para author fanfiction sudah berusaha menulis apapun kemungkinan yang bisa terjadi di 19 tahun kemudian paska Deathly Hallows. Setelah lepas dari filmnya, banyak penggemar menabak-nebak petualangan apalagi yang terjadi saat the Golden Trio dan tokoh sentral lain akhirnya memiliki penerus. Ya, baca Harry Potter and the Cursed Child layaknya membaca fanfiction.
Time travel, sepanjang aku nulis fanfiction tema ini jadi favorit banyak author dan readers. Dan rupanya, Mom Jo dan dua rekannya itu memilih tema sama yang umum, pembaca sekalian. Tapi seperti yang kebanyakan author tahu, bahwa butuh nyali dan pemikiran matang untuk membuat tema time travel ini dieksekusi dengan baik dan sampai ke pembaca dengan mulus. Pasalnya, kita akan bermain-main dengan waktu.
Petualangan Albus dan Scorpius bersama Delphi ini kuat dengan masalah waktu. Bayangkan, kalau tidak salah hitung, ada lebih dari empat kali mereka mempermainkan waktu dengan Time-Turner yang celakanya hanya mampu membawa 5 menit di masa yang berbeda. Lima menit, tapi ulah mereka berimbas pada masa yang sebenarnya.
Di sini kita dilihatkan bahaya main-main sama waktu! Oke, guys. itulah kenapa nggak pernah ada alat yang bisa memutar balik waktu. *pengan ada juga, sih*
Alur cerita ini terkesan sedikit membingungkan bagi aku, ya. Sangat cepat di awal dan kemasukakalan waktu perubahan yang.. ehh, complicated.
Belum lagi banyak masalah terkesan aneh, seperti jati diri Delphi.
DELPHI:
I am from the future. The child of Bellatrix Lestrange and you. I was born in Malfoy Manor before the Battle of Hogwarts. A battle you are going to lose. I have come to save you.
(Act Four, Scene Eleven)
Delphi lahir sebagai anak Voldy dan Bella. Kenapa ini bisa terjadi, Tuhan?!! Mari kita pikirkan, apakah Bella hamil saat penyerangan Harry, Ron, Hermione di Malfoy Manor? Kapan mereka *begituan*nya kalau Voldy setiap saat mantau Harry dan bikin sidang meja panjang dengan para Death Eathernya? *berikan saya petunjuk dan maafkan bahasa saya*
Lepas dari itu, aku agak menyayangkan tidak dimunculkannya Hugo sepanjang cerita. *Kemana itu bocah?* Sikap Harry yang terlalu menyebalkan jadi ayah. Ya, jujur aku sebel banget sama Harry. Hey, ada apa Mr. Potter? Kenapa harus Draco lebih melankolis dan tahu anak?
HARRY:
I just wish he was more like James or Lily.
GINNY (dry):
Yeah, maybe don't be that honest.
HARRY:
No, I wouldn't change a thing about him... but I can understand them, and...
GINNY:
Albus is different and isn't that a good thing. And he can tell, you know, when you're putting on your Harry Potter front. He wants to see the real you.
(Act One, Scene Nine)
Harry susah menempatkan dirinya sebagai ayah di sisi Albus. Lagi-lagi pemikiran para penulis ini berbeda dengan para author fanfiction yang berharap Harry sebagai bapak yang baik meski ia tak pernah punya sosok ayah sebagai panutan (mungkin hanya Mr. Weasley). Begitu juga bagaimana Harry suka sekali lepas emosi dan tega melakukan apapun yang mampu menyakiti Albus.
HARRY:
Moldy blanket?
ALBUS:
What did you think would happen? We'd hug. I'd tell you I always loved you. What? What?
HARRY (finally losing his temper):
You know what? I'm done with being made responsible for your unhappiness. At least you've got a dad. Because I didn't, okay?
ALBUS:
And you think that was unlucky? I don't.
HARRY:
You wish me dead?
ALBUS:
No! I just wish you weren't my dad.
HARRY (seeing red):
Well, there are time I wish you weren't my son.
There's a silence. ALBUS nods. Pause. HARRY realizes what he's said.
(Act One, Scene Seven)
Sebagai pembaca kita tidak bisa menyalahkan dua rekan JK Rowling yang menjadikan cerita ini wow... kok begini? Dengan segala kerendahan hati, mungkin ini sedikit tidak memberi kesempurnaan di mata aku, ya. Memang tidak ada yang sempurna, tapi bagaimanapun juga.. dunia Mom Jo hebat sebagaimana adanya.
Aku beri empat bintang di Goodreads, btw.
Oke, mungkin sebenarnya masih panjang yang bisa aku bahas. Tapi karena... aku lagi banyak urusan sekarang, aku coba selesaikan di sini saja, ya. Tulis pendapat kalian di kolom komentar tentang bagaimana Cursed Child menurut diri kalian. Daripada aku dipukuli orang karena nyebarin spoiler, kalian baca sendiri aja, ya, biar puas. Ini hanya pendapat aku aja. Bisa saja berbeda dengan pembaca yang lain.
Terima kasih sudah sempat membaca! :)
P.S.: (Oct 2018)
Baca juga review aku untuk buku Harry Potter dan Si Anak Terkutuk (versi alih bahasa Indonesia dari Harry Potter and the Cursed Child), bisa klik DI SINI
Suka banget baca reviewnya. Aku sependapat tentang munculnya Delphi. Kalau secara rasional bagaimana mungkin voldemort sampai kepikiran "syahwat" sama bellatrix dimasa perang saat itu.bahkan mungkin sama sekali gak terpikirkan harusnya. Hehe. Tp mnrutku itu ide hebat jg utk menciptkan karakter Delphi. Itu ide liar para penulis yg sangat berani. Mereka tentunya sudah memikirkan respon pembacanya seperti apa. Tp mereka ttp menulisnya. Itu sangat berani dan kreatif. Tetap keren kok walaupun agak aneh aku suka. 😁😊
ReplyDeleteYups, dan satu harapan aku nanti moga ada movienya, hehehe.. :)
DeleteSuka banget baca reviewnya. Aku sependapat tentang munculnya Delphi. Kalau secara rasional bagaimana mungkin voldemort sampai kepikiran "syahwat" sama bellatrix dimasa perang saat itu.bahkan mungkin sama sekali gak terpikirkan harusnya. Hehe. Tp mnrutku itu ide hebat jg utk menciptkan karakter Delphi. Itu ide liar para penulis yg sangat berani. Mereka tentunya sudah memikirkan respon pembacanya seperti apa. Tp mereka ttp menulisnya. Itu sangat berani dan kreatif. Tetap keren kok walaupun agak aneh aku suka. 😁😊
ReplyDeleteHai, aku juga udh baca yg HP and The curse Child, tapi bingungg kan di bellayrix bukannya udh mati ya dibunuh sm molly weasley yg pas perang terakhir di Hogwarts. Tp kok tetiba ada anaknya yak, kapan hamil kapan lahirannya. Kan abis begituan sm voldemort trus ga lama mati. Ini Rowling lupa atau gmn yah?��
ReplyDeleteHahaha.. lucu kan kalo dipikir-pikir.. :)
DeleteEdan.. bisa2 nya sivoldy punya buntut..
ReplyDelete