Hai, semua!
Assalamualaikum Wr. Wb.
Nulis ini hanya untuk meluapkan sesuatu yang pernah aku coba lakukan sebelumnya. Bahkan, kalau dilihat-lihat, blog ini lama kelamaan lebih banyak isi curhatan soal kegiatan lomba. Whats! Kalau misal nggak penting, bisa skip dan baca postingan konten lain yang pernah aku buat di blog ini. Dan bagi yang masih penasaran bakal ada cerita apa, mari baca kisah aku ini, yes... huahahaha.. :)
Baiklah, seperti judul di atas, 'again' karena memang sebelumnya sudah pernah ikutan yang seperti ini. PEKSIMIDA atau Pekan Seni Mahasiswa Daerah adalah seleksi provinsi untuk cari duta terbaik mahasiswa yang bakal mewakili provinsinya di PEKSIMINAS atau Pekan Seni Mahasiswa Nasional. Ajang seni tertinggi bagi mahasiswa di Indonesia ini dibuat per 2 tahunan. Yang artinya tahun 2016 pernah terselenggara dan aku ikut di dalamnya.
Nggak percaya? Mundur ke beberapa postingan aku sebelumnya, deh! Baca dulu.. ^_^
Nah, anggap saja kalian sudah tahu kalau aku ternyata sudah pernah ikutan di PEKSIMINAS XIII tahun 2016 tangkai seni penulisan cerpen di Kendari mewakili provinsi Jatim. Nah, lalu apa hubungannya dengan postingan ini? Ya... karena.. even itu bakal ada lagi tahun 2018 (ini) dan.. aku ikut bikin rusuh. Tapi nggak ikutan lebih.. Waks!
Bingung sebenarnya mau cerita dari mana. karena memang nggak begitu srek buat nulisnya. Tapi, karena mikir tulisan sebelumnya ternyata readersnya lumayan, kenapa enggak buat nulis lagi biar jadi pelajaran teman-teman lain yang mau ikutan even seperti ini. Baiklah. Intinya adalah.. meski aku sudah ikutan dulu, aku masih punya hak untuk ikutan lagi. Karena belum sempat menang juara 1 di PEKSIMINAS. So, seperti sebelumnya, kudu ikut seleksi provinsi lagi lewat PEKSIMIDA. Yups!
Masih sama dengan sebelumnya, tangkai lomba yang aku ikuti adalah penulisan, lebih tepatnya di penulisan cerpen. Tiga tangkai yang dilombakan pun masih sama untuk penulisan. Cerpen, Puisi, dan Lakon. Bedanya, tahun ini wakil setiap perguruan tinggi boleh mengajukan 2 orang mahasiswa di setiap tangkainya. Alhasil, beda banget sama 2 tahun lalu, peserta PEKSIMIDA XIV tahun 2018 ini jauhhhh lebih banyak.
Perguruan tinggi yang kena jatah seleksi penulisan adalah Universitas Airlangga Surabaya (tahun sebelumnya di Universitas Brawijaya).
Lalu, kembali ke judul yang aku tulis di atas, ikutan lagi dengan mental kecebong.. mentalnya kayak kecebong. Kecil dan rapuh. Ngambang-ngambang nggak jelas. Nah, itu aku. Banyak alasan kenapa aku bisa memfisualisasikan mentalku mirip kecebong. Pengalaman di beberapa lomba kesannya membuat aku cukup untuk tidak melanjutkan lagi. Apalagi di kampus statusnya sudah dipenghujung. 'Tua' untuk tingkatan semester dan waktunya alih kesempatan dengan yang masih jauh available, begitu kata pak ketua kami di grup alumni PEKSIMINAS provinsi.
Kalau dipikir, sih, memang masih bisa dan berdasarkan kesempatan ikutan workshop penulisan beberapa waktu sebelumnya (sorry, nggak aku tulis masalah workshop ini), aku dirasa masih mampu untuk ikut kompetisi. Katanya, dengan 'jam terbang' aku ikut lomba-lombaan nulis, kayaknya boleh untuk ikutan diadu. Dan.. wusss... entah kenapa semua itu seperti bualan di telinga aku.
Ada bisikan lain yang mengatakan.. 'cukup, kamu sudah selesai. Gantian yang lain.'
Sama sekali nggak tertarik untuk ikutan lomba.. lagi. Ya itu tadi, mentalnya tiba-tiba jadi mirip kecebong.. Banyak hal yang bagi nalar banyak orang ngira aku mirip cenayang, mirip dukun atau apalah. Aku punya saklar pengingat untuk setiap kompetisi. Tiba-tiba kerasa gitu aja (bisa baca cerita-cerita sebelumnya, aku suka punya pertanda). Kalau kali ini, aku nggak bisa ikut.
Ditambah waktu lomba di tanggal 25 Agustus 2018, mepet banget sama acara keluarga. Sempurna, niatan untuk nggak ikutan makin sekecil adiknya kecebong. Tapi nggak tahu kenapa, sesuatu terjadi bak drama di TV yang akhirnya membuat aku nggak berkutik untuk bilang YA ikutan even ini. Bawa nama kampus yang beratnya berattt banget.
Banyak curhatan muncul sebelum kompetisi ini. Banyak yang maksa dengan alasan, 'alah, lomba begitu saja kok nggak mau ikutan. Sudah biasa, tohh!'
Padahal banyak dari mereka yang mengatakan ini nggak tahu seberapa berat beban yang dibawa ketika turun medan kompetisi. Bahkan kalau aku bilang si Dilan pun nggak kuat buat nanggung ini semua. Kesel banget sebenarnya dengan orang-orang yang mengentengkan sebuah kompetisi. Nggak ikut ngelakuin tapi berasa tahu segalanya. (Tapi pas aku lihat mereka kalang kabut karena ikutan ngerasain seberapa beratnya ikutan beginian, cuma bisa ketawa aja. Stress kan? Itu yang gw rasain berkali-kali, dud!) ^_^
Kalau di baca, ini bisa dibilang lebih ke seberapa bentuk keengganan aku ikutan PEKSIMIDA. Masa-masa di mana aku pengen santai tanpa beban setelah ujian skripsi harus dibuat jungkir balik lagi dengan lelombaan macam ini. Sempat curhat dengan teman masalah ini dan satu hal yang dia bilang, "it's like u dibuat qerja lembur bagay qudha" (begitu dia nulisnya, serius) Ada yang berada di atas tidak bisa digoyahkan ketika meminta yang lebih rendah untuk bilang YA. Hmm.. mau bagaimana lagi.
Huhh!
Makin bingung ini jadi tulisan berfaedah atau nggak. Karena aku lebih banyak nulis keluh kesah aja daripada pesan-pesan. Maaf, yes! ^_^
Sebenarnya, ada pelajaran yang bisa aku ambil. Tentang kepercayaan diri dan kesombongan. Ingat kapal Titanic? Kapal yang katanya bahkan Tuhan pun tidak akan bisa menenggelamkannya. Provinsi Jatim pernah mengalami ini. Kata-kata yang terlalu tinggi namun kenyataannya Tuhan membuatnya terjun jatuh ke bawah.
Mereka terlalu berharap besar! Dan jauh sebelum itu, aku sudah berusaha untuk tidak membuatnya terlampau menanam ekspektasi tinggi. Target adalah posisi puncak. Namun aku hanya mampu ada di posisi sepijak lebih rendah.
Not bad.. tapi tetap.. bukan itu yang diinginkan. Sorry!
Aku tahu, semua ini sudah ada jalannya. Semua harus ada usaha dan aku pun sudah berusaha. Tapi hasil sudah berbicara. Sekali lagi aku ucapkan mohon maaf bagi yang aku kecewakan, setidaknya masih ada yang akan diantarkan ke Jogja Oktober nanti. Dan..itu bukan aku. Selamat pula untuk teman-teman yang meraih juara 1 untuk PEKSIMIDA. Selamat berlomba di PEKSIMINAS XIV 2018 dan bergabung di kontingen Jawa Timur, kompak rek! :)
Terakhir, bagi siapapun yang membaca ini, aku mau minta maaf karena kesannya nggak serius buat bikin postingan. Nggak sempat ambil foto banyak buat dokumentasi dll. Mungkin akan lebih jelas cerita proses lombanya di part 2 (kalau sempat buat), berhubung sampai tulisan ini aku post belum ada acara penyerahan pialanya.
OK, sampai di sini. Bisa tulis komentar di bawah dan sampai jumpa di kisah-kisah selanjutnya.
Assalamualaikum Wr. Wb.
Foto bersama sebelum lomba dimulai |
Baiklah, seperti judul di atas, 'again' karena memang sebelumnya sudah pernah ikutan yang seperti ini. PEKSIMIDA atau Pekan Seni Mahasiswa Daerah adalah seleksi provinsi untuk cari duta terbaik mahasiswa yang bakal mewakili provinsinya di PEKSIMINAS atau Pekan Seni Mahasiswa Nasional. Ajang seni tertinggi bagi mahasiswa di Indonesia ini dibuat per 2 tahunan. Yang artinya tahun 2016 pernah terselenggara dan aku ikut di dalamnya.
Nggak percaya? Mundur ke beberapa postingan aku sebelumnya, deh! Baca dulu.. ^_^
Nah, anggap saja kalian sudah tahu kalau aku ternyata sudah pernah ikutan di PEKSIMINAS XIII tahun 2016 tangkai seni penulisan cerpen di Kendari mewakili provinsi Jatim. Nah, lalu apa hubungannya dengan postingan ini? Ya... karena.. even itu bakal ada lagi tahun 2018 (ini) dan.. aku ikut bikin rusuh. Tapi nggak ikutan lebih.. Waks!
Bingung sebenarnya mau cerita dari mana. karena memang nggak begitu srek buat nulisnya. Tapi, karena mikir tulisan sebelumnya ternyata readersnya lumayan, kenapa enggak buat nulis lagi biar jadi pelajaran teman-teman lain yang mau ikutan even seperti ini. Baiklah. Intinya adalah.. meski aku sudah ikutan dulu, aku masih punya hak untuk ikutan lagi. Karena belum sempat menang juara 1 di PEKSIMINAS. So, seperti sebelumnya, kudu ikut seleksi provinsi lagi lewat PEKSIMIDA. Yups!
Masih sama dengan sebelumnya, tangkai lomba yang aku ikuti adalah penulisan, lebih tepatnya di penulisan cerpen. Tiga tangkai yang dilombakan pun masih sama untuk penulisan. Cerpen, Puisi, dan Lakon. Bedanya, tahun ini wakil setiap perguruan tinggi boleh mengajukan 2 orang mahasiswa di setiap tangkainya. Alhasil, beda banget sama 2 tahun lalu, peserta PEKSIMIDA XIV tahun 2018 ini jauhhhh lebih banyak.
Perguruan tinggi yang kena jatah seleksi penulisan adalah Universitas Airlangga Surabaya (tahun sebelumnya di Universitas Brawijaya).
Lalu, kembali ke judul yang aku tulis di atas, ikutan lagi dengan mental kecebong.. mentalnya kayak kecebong. Kecil dan rapuh. Ngambang-ngambang nggak jelas. Nah, itu aku. Banyak alasan kenapa aku bisa memfisualisasikan mentalku mirip kecebong. Pengalaman di beberapa lomba kesannya membuat aku cukup untuk tidak melanjutkan lagi. Apalagi di kampus statusnya sudah dipenghujung. 'Tua' untuk tingkatan semester dan waktunya alih kesempatan dengan yang masih jauh available, begitu kata pak ketua kami di grup alumni PEKSIMINAS provinsi.
Kalau dipikir, sih, memang masih bisa dan berdasarkan kesempatan ikutan workshop penulisan beberapa waktu sebelumnya (sorry, nggak aku tulis masalah workshop ini), aku dirasa masih mampu untuk ikut kompetisi. Katanya, dengan 'jam terbang' aku ikut lomba-lombaan nulis, kayaknya boleh untuk ikutan diadu. Dan.. wusss... entah kenapa semua itu seperti bualan di telinga aku.
Ada bisikan lain yang mengatakan.. 'cukup, kamu sudah selesai. Gantian yang lain.'
Sama sekali nggak tertarik untuk ikutan lomba.. lagi. Ya itu tadi, mentalnya tiba-tiba jadi mirip kecebong.. Banyak hal yang bagi nalar banyak orang ngira aku mirip cenayang, mirip dukun atau apalah. Aku punya saklar pengingat untuk setiap kompetisi. Tiba-tiba kerasa gitu aja (bisa baca cerita-cerita sebelumnya, aku suka punya pertanda). Kalau kali ini, aku nggak bisa ikut.
Ditambah waktu lomba di tanggal 25 Agustus 2018, mepet banget sama acara keluarga. Sempurna, niatan untuk nggak ikutan makin sekecil adiknya kecebong. Tapi nggak tahu kenapa, sesuatu terjadi bak drama di TV yang akhirnya membuat aku nggak berkutik untuk bilang YA ikutan even ini. Bawa nama kampus yang beratnya berattt banget.
Banyak curhatan muncul sebelum kompetisi ini. Banyak yang maksa dengan alasan, 'alah, lomba begitu saja kok nggak mau ikutan. Sudah biasa, tohh!'
Padahal banyak dari mereka yang mengatakan ini nggak tahu seberapa berat beban yang dibawa ketika turun medan kompetisi. Bahkan kalau aku bilang si Dilan pun nggak kuat buat nanggung ini semua. Kesel banget sebenarnya dengan orang-orang yang mengentengkan sebuah kompetisi. Nggak ikut ngelakuin tapi berasa tahu segalanya. (Tapi pas aku lihat mereka kalang kabut karena ikutan ngerasain seberapa beratnya ikutan beginian, cuma bisa ketawa aja. Stress kan? Itu yang gw rasain berkali-kali, dud!) ^_^
Kalau di baca, ini bisa dibilang lebih ke seberapa bentuk keengganan aku ikutan PEKSIMIDA. Masa-masa di mana aku pengen santai tanpa beban setelah ujian skripsi harus dibuat jungkir balik lagi dengan lelombaan macam ini. Sempat curhat dengan teman masalah ini dan satu hal yang dia bilang, "it's like u dibuat qerja lembur bagay qudha" (begitu dia nulisnya, serius) Ada yang berada di atas tidak bisa digoyahkan ketika meminta yang lebih rendah untuk bilang YA. Hmm.. mau bagaimana lagi.
Huhh!
Makin bingung ini jadi tulisan berfaedah atau nggak. Karena aku lebih banyak nulis keluh kesah aja daripada pesan-pesan. Maaf, yes! ^_^
Sebenarnya, ada pelajaran yang bisa aku ambil. Tentang kepercayaan diri dan kesombongan. Ingat kapal Titanic? Kapal yang katanya bahkan Tuhan pun tidak akan bisa menenggelamkannya. Provinsi Jatim pernah mengalami ini. Kata-kata yang terlalu tinggi namun kenyataannya Tuhan membuatnya terjun jatuh ke bawah.
Mereka terlalu berharap besar! Dan jauh sebelum itu, aku sudah berusaha untuk tidak membuatnya terlampau menanam ekspektasi tinggi. Target adalah posisi puncak. Namun aku hanya mampu ada di posisi sepijak lebih rendah.
Not bad.. tapi tetap.. bukan itu yang diinginkan. Sorry!
Aku tahu, semua ini sudah ada jalannya. Semua harus ada usaha dan aku pun sudah berusaha. Tapi hasil sudah berbicara. Sekali lagi aku ucapkan mohon maaf bagi yang aku kecewakan, setidaknya masih ada yang akan diantarkan ke Jogja Oktober nanti. Dan..itu bukan aku. Selamat pula untuk teman-teman yang meraih juara 1 untuk PEKSIMIDA. Selamat berlomba di PEKSIMINAS XIV 2018 dan bergabung di kontingen Jawa Timur, kompak rek! :)
Terakhir, bagi siapapun yang membaca ini, aku mau minta maaf karena kesannya nggak serius buat bikin postingan. Nggak sempat ambil foto banyak buat dokumentasi dll. Mungkin akan lebih jelas cerita proses lombanya di part 2 (kalau sempat buat), berhubung sampai tulisan ini aku post belum ada acara penyerahan pialanya.
OK, sampai di sini. Bisa tulis komentar di bawah dan sampai jumpa di kisah-kisah selanjutnya.
Tuban
Sifah 9/9/2018
No comments:
Post a Comment