Sumber: Pinterest |
Tetap sehat di rumah, ya. Masa pandemi ini berasa sebel banget nggak bisa kemana-mana. Curhat sebentar, nih. Ibu aku sempat ngeluh soal masalah ini. Terus jawaban aku, "ya, Ibu di rumah aja itu sudah bantu para dokter yang rawat pasien kena COVID." Terus Ibu mikir dan berusaha paham kalau memang benar. Kasihan banget setiap lihat berita yang tayangin petugas medis di RS. Pakai APD, nggak pulang, nggak bisa kumpul sama keluarganya.
Masa-masa seperti sekarang ini hati bikin gampang sensitif. Butuh hiburan yang sekiranya bisa dilakukan di rumah. Salah satunya nonton. Main ke bioskop sudah enggak. Gantinya nonton film atau drama series di beberapa platform digital.
Aku yang nggak hobby nonton drama Korea jadi ikutan nonton dan tamatin beberapa judul selama quarantine. Ubek-ubek Netflix buat nontonin seriesnya, film dokumenternya, atau film-filmnya yang kadang genrenya bukan aku banget tapi tetap ditonton. Nggak beda dengan platform lain seperti YouTube, HOOQ, Iflix dan kawan-kawannya udah sampai langganan. Handphone sampai panas dan tentu saja.. tekor. Hahaha...
Nah, banyak usaha film maker yang tersendat karena adanya pandemi ini. Film baru ditahan tayang, nggak ada produksi karena nggak bisa kerja banyak orang, buat asupan film baru bagi penonton berasa kurang. Sampai akhirnya muncullah satu miniseries yang ceritanya related banget sama kondisi sekarang ini. Uh, seneng banget apalagi pas aku juga lagi nulis cerita soal hal yang sama di Watty.
Awal tahu dari postingan Ika Natassa di Twitter. Katanya lagi nulis draft skenario gitu. Waktu mulai ulik-ulik masalah miniseries ini lebih jauh, dikejutkanlah, dengan siapa film akan ini dibuat. Reza Rahadian jadi sutradara? Oh, Wow. sempat tahu kalau sebelumnya sudah pernah jadi sutradara juga di beberapa film pendek kayak yang judulnya Sebelah (itu dulu nontonnya jaman SMP di warnet, haha). Belum lagi pemainnya yang kece banget dan diproduseri sama managernya Reza Rahadian sendiri (benar nggak, sih??) Penasaran? Banget!
Nah, ini adalah batas bagi kalian membaca postingan aku, ya. bagi yang belum nonton dan nggak mau kena spil, bisa keluar dulu buat nonton baru balik lagi. OK.
Judulnya Sementara, Selamanya. Tayang di VIDIO (aplikasi favorit aku banget buat streaming nonton TV) mulai tanggal 6 - 21 Juni 2020 setiap Sabtu dan Minggu. Nontonnya gratis, ya, bisa via websitenya atau lewat aplikasi. Aku sendiri nontonnya lebih prefer via aplikasi.
Aku nonton sampai sekitar 3x terus ulang lagi ke 4xnya buat ngecapture adegan demi bahan postingan kali ini.
SINOPSIS
Sementara, Selamanya bercerita tentang Saka (Reza Rahadian) yang totally di rumah aja selama pandemi ini. Sementara istrinya, Zara (Laura Basuki), adalah dokter yang bertugas di Rumah Sakit buat menangani pasien yang kena COVID-19. Seperti yang selanjutnya bisa ditebak, mereka pisah sementara. Zara harus ngekos bareng dokter lain sedangkan Saka kerja di rumah dengan cuma ditemani asisten rumah tangganya, si Mbak Sri (Ruth Marini). Karena lagi pisahan tuh, satu-satunya cara biar merasa dekat, ya, dengan Video Call (VC). Hal itu juga dilakukan Saka sama Ibunya (Christine Hakim) yang juga tinggal beda rumah. Namanya juga tinggal berjauhan. Komunikasi dan rasa rindu satu sama lain di tengah masa-masa sulit seperti ini buat keduanya memendam beban yang berat. Muncullah konflik itu di sepanjang cerita yang dibagi menjadi 6 episode.
Sederhananya, seperti ini...
Episode 1 : Yang Dia Cium
Awal muncul adalah Saka yang lagi tenang, mandi keramas di bawah shower. Setelah selesai, dia keluar buat ganti baju sambil mencoba VC dengan Zara, istrinya. Kelucuan dimulai dari Saka yang heboh karena dia keramas pakai shampo milik istrinya.. Pagi itu akhirnya mereka cerita sambil mengingat memori tentang siapa yang jatuh cinta pertama kali. Awal pertemuan mereka di rumah sakit. Seperti yang diceritakan Saka, dia kecelakaan jatuh dari motor dan dirawat di rumah sakit tempat Zara tugas. Lama mereka saling cerita, akhirnya Saka mulai menyesalkan sesuatu. Tentang profesi Zara sebagai dokter yang membuat mereka bersatu dan akhirnya sekarang berpisah. Saka sering merasa sedih, sehingga Ibunya kerap kali menghubungi untuk menanyakan kabarnya.
Episode 2 : Yang Dia Masak
Pagi yang lain, Saka heboh masak mie instan yang dia buat pagi-pagi. Perdebatan mulai muncul saat Saka mengungkapkan kerinduannya kepada Zara yang ternyata.. itu adalah kesepakatan mereka yang dilanggar. Saka dan Zara membuat kesepakatan bersama bahwa dilarang mengungkapkan rasa rindu saat keduanya berjauhan. Siang/sore harinya, VC dilanjut tapi masalah tetap muncul. Karena tidak bisa dipungkiri, baik Zara dan Saka saling mengkhawatirkan keadaan masing-masing.
Episode 3 : Yang Dia Simpan
Malamnya, VC Saka dengan Zara diisi dengan ungkapan permintaan maaf atas pertengkaran mereka sebelumnya. Saka mengirim foto mereka yang sengaja dicetak dan Saka simpan di dompetnya. Disitulah mereka saling menguatkan. Bahwa masalah tidak bisa diselesaikan begitu saja. Meski Zara coba menenangkan, ekspresi Saka tetap pilu dengan keadaannya sendiri.
Episode 4 : Yang Dia Cari
Setelah mandi, Saka kehilangan baju kesayangannya yang ternyata Zara mengaku telah membuangnya. Tanggal 19 menjadi pengingat suatu hal yang Saka anggap penting. Program memiliki anak yang mereka rencanakan rupanya diam-diam Zara hentikan. Dengan adanya masa pandemi dan profesinya yang menuntut bekerja cukup berbahaya, Zara merasa belum siap untuk memiliki anak. Zara tidak sempat menceritakannya. Ia terlanjut melihat Saka yang terlalu bersemangat memiliki anak hingga menyimpan sebuah baju bayi di kamarnya. Saka kecara merasa dibohongi.
Episode 5 : Yang Dia Tangisi
Dengan segala tekanan yang ada di pekerjaannya, Zara mengungkapkan semua kesedihannya kepada Saka. Emosi yang memuncak selama bertugas ikut berimbas pada hubungannya dengan Saka. Zara meminta maaf dan berharap Saka mau memahami dirinya. Episode ini ditutup dengan Saka yang membangunkan Zara untuk makan sahur. Lantas kembali berpisah.
Episode 6 : Yang Mereka Ceritakan
Saka seolah sudah pasrah. VC dengan Zara disibukan dengan cerita masa-masa indah mereka ketika bersama dulu. Tentang berdamai dengan perasaan masing-masing dan menerima semua yang terjadi. Tentang kenangan keduanya dan keinginan masing-masing dari mereka. Dan pada akhirnya, diketahuilah bahwa kondisi Zara telah meninggal dan Saka yang terus menangis di kamarnya dengan sang Ibu yang coba terus menenangkannya.
TREATMENT
Namanya juga terbatas, kelihatan dari segi visual yang pengambilan gambarnya nggak banyak. Apalagi episode 1. Cenderung sedikit membosankan dan monoton. Terselamatkan sih, dengan tampang abang Reza yang memenuhi layar handphone aku sepanjang kurang lebih 10 menitan. Bare chest, cuma sebatas dada, hem... Entah mungkin karena awal, jadi belum merasa hal yang spesial. Begitu juga dengan episode selanjutnya meski rasanya jauh lebih asik menikmatinya.
Cuma ada Saka dan Mbak Sri yang muter-muter di rumah itu. Sederhana tapi lumayan untuk ditonton. Durasi bisa dibilang ikut menyelamatkan. Dialognya padat dan nggak bertele-tele. Apa konfliknya, yuk langsung mereka bahas. Salutnya adalah tektokan dialog antar pemain yang kerasa real banget antara Saka dan Zara yang lagi VCan. Berantem di satu tempat aja susah, nah ini lewat VC. The next level of pertengkaran pasutri, nih. Keren.
Kekuatan di miniseries ini memang dari suara. Kalian coba merem, masih bisa nikmati, kok. Dan juga nggak perlu nonton dari awal, misalnya. Cerita bisa berdiri sendiri meski ada kontinuitas di awalnya. Laura Basuki gila keren banget! Suaranya punya kekuatan, dong. Suaranya dia akting. Nggak butuh lihat wajahnya. Suara doang udah asik. Kehadiran Christine Hakim dan Ruth Marini juga membantu banget. Clue ending sudah ditunjukkan dari dua orang ini, kalau kalian jeli.
ENDING
Bicara soal clue ending, sebagai penoton kita dapat plot twits yang ambyar di episode 6. Benar? Nangis kejer masuk di post creaditnya. Kurang ajar kan, kita kekeh sabar menghayati perasaa diri Saka yang mulai ikhlas eh.. wajah yang awalnya lempeng langsung sembab, nangis, sengguk-sengguk.. ambyar..
Melihat itu, muncul pertanyaan besar.
"Jadi selama ini Saka halu doang?"
OK, mari kita ulas satu persatu.
Episode satu kita sudah diajak melihat kelempengan Saka yang begitu terlihat kerinduannya ke Zara. Waktu dia keramas, Saka seperti menikmati bau yang dia cium. Mungkin kita berpikir, ya karena Saka kangen aja. Sampai ekspresinya begitu. Nah, di awal kita nggak bisa menyimpulkan kehaluann Saka soal kematian Zara, ya. Tapi coba perhatikan ekspresi yang diibuat saat Zara bilang si Saka disuruh ngelanjut "halunnya". Ibarat kesindir tajam.
Diam, balik lempeng dan memikirkan seolah kata-kata Zara itu benar. Bahkan selanjutnya, saat VC mereka selesai. Saka seperti menyadari kesendiriannya. Perhatikan gambar yang diambil dari jarak yang cukup jauh. Kamar Saka dilihatkan secara luas menunjukkan kalau dia sendirian. Bukan wajah Saka saja.
Dilanjut waktu Saka VC dengan Ibunya. Ibunya sempat tanya kenapa wajah Saka seperti ada beban. Ada jeda buat Saka jawab (seperti bingung) kalau dia baru selesai mandi dan VC Zara. Ingat apa yang terjadi selanjutnyta? Ibunya nggak jawab, lama banget. Sampai akhirnya Ibunya bilang kalau khawatir.
OK, mungkin rasanya belum cukup kuat buat kita berasumsi kalau Saka memang sedang berdelusi. Hanya sebatas Saka rindu. Itu saja. Sampai kita masuk ke episode 2, waktu Saka pamer masakan ke Zara. Di belakangnya ada Mbak Sri yang langsung berubah ekspresinya dan milih lihat Saka seperti iba. Nah....
Mungkin permainan ekspresi yang ditunjukkan Saka sedikit abu-abu. Kadang ngelucu kadang gelisah.
Sama halnya saat episode 3 kita lihat mencoloknya Saka dengan pandangan yang kosong waktu membahas foto yang pernah diambil saat awal pernikahan mereka. Senyum enggak, senyum enggak, terus agak sedih, pandangan kosong. Orang seperti ini biasanya sedang berhayal di dunianya sendiri.
Meski berusaha melucu, emosi Saka nggak bisa bohong. Switch antara bahagia setelah berhasil ngeprank itu cepat banget. Tepat beberapa detik setelah Zara mengungkapkan bahwa dia mencintai Saka. Si Saka malah sedih.
Tidak semua pertanyaan bisa dijawab hari itu, begitu juga masalah. Ini seperti clue kalau Saka sedang berusaha menyelesaikan masalahnya pelan-pelan. Untuk berusaha ikhlas dengan keadaan.
Rasanya, memang Saka belum ikhlas. Masih sering tertutup. Belum lagi satu adegan yang menunjukkan seseorang datang. Saka mengatakan tidak tahu siapa yang datang. Waktu nonton udah merasa janggal di sini. Kan aneh, rumah-rumah dia. Ada tamu malah nggak mau tahu. Tapi setelah VC selesai, Saka melihat berulang kali ke arah pintu dengan wajah sebal. Lalu memilih pergi ke kamar tanpa menyambut yang datang. Kayak udah bosen. Aneh, kan?
Episode 4 kita mendapat clue lagi. berkali kali Saka mengulang kata "baju" (atau kaos, ya?) setelah Zara bilang sudah membuang baju kesukaan Saka. begitu juga dengan baju bayi. Diulang terus, diucapkan terus. Saka mengingat betul tentang bajunya dan baju bayi itu. Bahkan nanti saat di episode 5 dan 6. Saka akan mengulang ucapan Zara dengan cepat ketika Zara menyebut baju miliknya yang dibawa.
K di episode 5, rasanya sulit mengaitkannya, ya. Hanya saja bisa dilihat dari raut Saka yang begitu paham saat Zara menjelaskan tentang protokol pengurusan jenazah yang positif COVID. Seperti Saka sendiri sudah pernah mengalaminya.
Di episode terakhir akhirnya mulai terbuka. Atas pernyataan bahwa masalah tidak bisa diselesaikan hari itu juga, Saka akhirnya mulai ikhlas dan tenang. Like usahanya VCan dengan Zara itu sudah cukup. Beberapa kali Saka melihat ponselnya terus akhirnya memutuskan turun dan berbincang sebentar dengan Zara. Itu pun yang dibahas hanya soal kenangan. Sudah tidak cukup buat mengenang seseorang lewat benda. Cukup dikenang saja. Intinya ikhlas dengan apa yang sebenarnya dimau.
Nah, di sinilah mulai terbuka, saudara.
Saka kembali ke kamarnya dengan Mbak Sri yang terus memperhatikan dia. Sampai Ibu datang sambil bawa makanan (lagi). Lagi. Seseorang yang datang tapi Saka nggak peduli ternyata Ibunya. Bahkan Ibunya hapal kalau Saka masih suka VCan.
Ibunya sedih. Dan... yang dipandang adalah...
Karangan bunga duka cita. Blummm... Siapa namanya?
Kamila Zara. Zara meninggal. dan rasanya baru beberapa detik lalu Saka VC dengan dia. Masuk akal?
Tangis Saka menjawab segalanya.
Jadi, sepertinya memang Saka sedang mengalami delusi. Entah sejak awal episode atau mulai pertengahan. Karena hanya episode 2-3 dan 5-6 yang continue. Ada waktu yang bisa berdiri sendiri di episode 1 dan 4. Mungkin bisa saja halunya Saka dimulai sejak episode 2 atau mungkin memang sejak awal. Tinggal kita sebagai penonton saja yang memahaminya.
Secara keseluruhan, ini miniseries yang bisa menyadarkan kita betapa beratnya masa pandemi ini bagi sebagian orang yang menjadi petugas medis, garda terdepan kita. Good job untuk Reza Rahadian dan tim, Ika Natassa yang cerdas menyuguhkan cerita yang hangat ini. Dan satu lagi, soundtracknya nggak mikir sampai segitu. Nadin Amizah dengan Mendarah, membuat penanton nangis berdarah-darah di ending.. memikirkan si Saka dan Zara yang sudah berbeda rumah.
Stay safe and healthy, everyone!
8/10
Gambar sumber dari tangkapan layar Vidio dot com
No comments:
Post a Comment